Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 12/09/2022, 10:31 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP(K), FIHA, FSCAI
Divalidasi oleh:
dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP(K), FIHA, FSCAI

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi Mayapada Hospital Surabaya www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Nyeri dada dapat menjadi gejala dari berbagai penyakit jantung atau penyakit lainnya.

Meskipun terdapat beberapa kemungkinan penyebab nyeri dada yang berbahaya, sebagian besar lainnya tidak berbahaya.

Rasa nyeri yang timbul juga dapat bervariasi pada:

Baca juga: Apa Beda Nyeri Dada karena GERD dan Serangan Jantung?

  • kualitas
  • intensitas
  • durasi.

Nyeri dada dapat terasa tajam, menusuk, atau nyeri tumpul.

Gejala serangan jantung saat tidur, seperti nyeri dada dan muncul keringat dingin penting dikenali untuk dapat dikonsultasikan segera dengan dokter.

Gejala

Selain nyeri dada, terdapat gejala lain yang mungkin muncul dan membantu dokter membuat diagnosis.

Gejala yang berhubungan dengan jantung

  • tekanan dada atau sesak
  • nyeri punggung, rahang, atau lengan kelelahan
  • pusing
  • sesak napas
  • sakit perut
  • mual
  • nyeri saat beraktivitas.

Gejala yang tidak berhubungan dengan jantung

  • rasa asam di mulut
  • rasa sakit setelah menelan atau makan
  • kesulitan menelan
  • rasa sakit yang timbul saat tubuh dalam posisi tertentu
  • rasa sakit saat bernapas dalam-dalam atau batuk
  • nyeri dan ruam
  • demam
  • sakit
  • panas dingin
  • pilek
  • batuk
  • perasaan panik atau cemas
  • hiperventilasi
  • sakit punggung yang menjalar ke bagian depan dada.

Baca juga: 5 Sifat Nyeri Dada yang Bukan Gejala Khas Penyakit Jantung

Penyebab

Jika terasa nyeri pada dada, mungkin hal pertama yang terlintas adalah serangan jantung.

Meskipun nyeri dada adalah tanda pasti dari serangan jantung, ada hal lain yang dapat menyebabkan sakit yang serupa.

Beberapa penyebab lain dari nyeri dada, yaitu:

  • mulas atau gangguan pencernaan
  • dada terkilir atau tegang
  • kecemasan atau serangan panik
  • infeksi dada atau pneumonia
  • herpes zoster.

Selain itu, masalah jantung paling umum yang menyebabkan nyeri dada dapat meliputi:

  • perikarditis: rasa sakit tajam yang tiba-tiba, menusuk saat bernapas dalam-dalam tau berbaring
  • angina atau serangan jantung: gejala mirip dengan perikarditis tapi mengancam jiwa.

Selain itu, faktor risiko dapat meliputi:

  • merokok
  • obesitas (kelebihan berat badan)
  • memiliki tekanan darah, diabetes, atau kolesterol tinggi
  • riwayat serangan jantung atau angina pada anggota keluarga di bawah 60 tahun.

Diagnosis

Beberapa tes yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:

Baca juga: 8 Penyebab Nyeri Dada Saat Menelan yang Perlu Diwaspadai

  • Elektrokardiogram (EKG atau ECG), merekam aktivitas listrik jantung
  • Tes darah, mengukur kadar enzim
  • Rontgen dada, memeriksa jantung, paru-paru, dan pembuluh darah
  • Ekokardiogram, menggunakan gelombang suara untuk merekam gambar jantung yang bergerak
  • MRI, digunakan untuk mencari kerusakan pada jantung atau aorta
  • Tes stres, mengukur fungsi jantung setelah aktivitas
  • Angiogram, untuk mencari penyumbatan tertentu.

Perawatan

Perawatan akan tergantung pada kondisi yang mendasari terjadinya nyeri dada.

Jika dokter telah mengenyampingkan penyebab serius, berikut hal yang dapat dilakukan untuk penanganan:

  • ikuti saran dokter
  • beristirahat jika merasa lelah
  • tingkatkan aktivitas secara perlahan, sesuai kemampuan
  • tidak perlu membatasi pekerjaan atau aktivitas berat (termasuk seks) jika merasa sehat.

Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya nyeri dada:

  • berhenti merokok
  • makan makanan sehat
  • berolahraga teratur
  • menjalani gaya hidup sehat.

Baca juga: 2 Penyebab Nyeri Dada Saat Membungkuk yang Perlu Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com