Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2021, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbicara merupakan kemampuan mental motorik karena tidak hanya melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh.

Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.

Namun, tidak semua orang dapat berbicara dengan jelas dan lancar atau mengalami kesulitan dalam berbicara.

Kondisi tersebut dapat menjadi gejala dari kelainan pada sistem saraf yang disebut disartria.

Baca juga: Speech Delay Pada Anak: Definisi, Gejala, dan Cara Penanganannya

Disartria merupakan gangguan motorik bicara akibat kerusakan atau kelainan pada sistem saraf memengaruhi otot yang digunakan untuk berbicara.

Disartria juga dapat terjadi akibat kerusakan otak atau perubahan otak dalam perkembangannya.

Kerusakan saraf tersebut mengakibatkan otot-otot yang seharusnya digunakan untuk bicara menjadi lemah, rusak, atau sulit untuk dikendalikan.

Hal inilah yang menyebabkan penderita disartria mengalami kesulitan atau gangguan dalam berbicara.

Gangguan tersebut dapat memengaruhi berbagai aspek dalam keterampilan berbicara, seperti lafal, tata bahasa, kosakata, kefasihan, intonasi, dan kecepatan berbicara.

Salah satu bentuk gangguan dalam berbicara akibat disartria adalah cadel, yaitu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk melafalkan huruf atau kata tertentu dengan benar.

Melansir American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), selain gangguan dalam berbicara kondisi ini juga dapat disertai dengan masalah bahasa lainnya.

Masalah bicara akibat disartria dapat mengganggu pekerjaan, sekolah, atau interaksi sosial karena perkataan yang sulit dimengerti orang lain.

Pada kasus yang parah, kondisi ini menimbulkan depresi pada penderitanya.

Gejala

Merangkum WebMD dan Healthline, gejala disartria dapat bervariasi dan berbeda pada setiap orang karena tergantung pada penyebabnya.

Baca juga: 7 Penyebab Anak Terlambat Bicara dan Cara Mengatasinya

Beberapa gejala disartria, di antaranya:

  • Bicara cadel
  • Berbicara terlalu cepat atau berbicara dengan lambat
  • Ritme bicara yang tidak teratur atau berubah-ubah
  • Berbicara dengan volume terlalu pelan seperti berbisik karena tidak mampu berbicara dengan volume keras
  • Suara serak
  • Kesulitan untuk mengendalikan atau menggerakkan lidah atau otot-otot wajah
  • Kesulitan mengunyah atau menelan (disfagia) yang dapat menyebabkan air liur keluar tanpa terkontrol
  • Ucapan yang tidak jelas, seperti bergumam
  • Nada bicara yang monoton.

Penyebab

Mengutip Drugs.com, penderita disartria akan mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot-otot di dalam mulut, wajah.

Selain itu, penderita mungkin juga akan mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot-otot pada sistem pernapasan bagian atas yang mengontrol bicara.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan disartria, yaitu:

  1. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig
  2. Cedera otak
  3. Tumor otak
  4. Cerebral palsy (lumpuh otak)
  5. Sindrom Guillain-Barré
  6. Cedera kepala
  7. Penyakit Huntington
  8. Penyakit Lyme
  9. Multiple sclerosis
  10. Distrofi otot
  11. Myasthenia gravis
  12. Penyakit Parkinson
  13. Stroke
  14. Penyakit Wilson
  15. Efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat penenang dan obat antikejang.

Baca juga: 3 Hal yang Harus Dilakukan Saat Si Kecil Mengalami Terlambat Bicara

Faktor risiko

Menurut Healthline, siapa pun dapat mengalami disartria, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Namun, beberapa kondisi berikut dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kelainan ini:

  1. Berisiko tinggi terkena stroke
  2. Menderita penyakit degeneratif yang dapat memengaruhi sistem saraf otak, sumsum tulang belakang, tulang, pembuluh darah, hingga jantung
  3. Mengidap penyakit neuromuskular (saraf dan otak)
  4. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
  5. Memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Jenis

Dirangkum dari American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) dan Physiopedia, berikut beberapa jenis disartria yang dibedakan berdasarkan lokasi kerusakan:

  • Flaccid dysarthria
    Terjadi akibat kerusakan pada batang otak atau sistem saraf tepi (sistem saraf perifer) yang ditandai dengan kesulitan saat mengucapkan akhiran huruf konsonan.
  • Spastic dysarthria
    Terjadi akibat gangguan atau kerusakan pada area motorik atas. Selain mengalami kelemahan otot dan refleks abnormal, penderita juga dapat memiliki masalah bicara.
  • Ataxic dysarthria
    Terjadi akibat kerusakan pada otak kecil (serebelum) yang dapat menyebabkan masalah bicara, seperti cadel.
  • Hypokinetic dysarthria
    Berkaitan dengan kerusakan pada sirkuit kontrol ganglia basal. Kondisi ini dapat terjadi karena penyakit Parkinson atau penyakit Huntington.
  • Hyperkinetic dysarthria
    Terjadi akibat kerusakan pada sirkuit kontrol ganglia basal otak. Kondisi ini menimbulkan gejala, seperti bicara cadel, suara gemetar, dan sesak napas saat berbicara.
  • Unilateral upper motor neuron
    Berkaitan dengan gangguan unilateral sistem saraf (neuron) motorik atas
  • Mixed dysarthria
    Jenis disartria ini merupakan kombinasi dari berbagai jenis disartria, misalnya spastic-ataxic atau flaccid-spastic
  • Undetermined dysarthria
    Disartria juga dapat terjadi meski tidak sesuai dengan jenis-jenis lainnya sehingga disebut undetermined dysarthria.

Baca juga: 5 Penyebab Masalah Lidah Sesuai Gejalanya

Diagnosis

Merangkum Mayo Clinic dan WebMd, dokter akan mengevaluasi kemampuan berbicara untuk membantu menentukan jenis disartria yang diderita.

Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter untuk mendeteksi penyebab yang mendasarinya.

Untuk memeriksa kekuatan otot bibir, lidah, dan rahang saat penderita berbicara, dokter akan meminta penderita untuk melakukan beberapa aktivitas berikut:

  1. Menjulurkan lidah
  2. Membuat beragam suara
  3. Membaca kalimat
  4. Menghitung angka
  5. Bernyanyi
  6. Meniup lilin.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab disartria, seperti:

  • Tes pencitraan
    Pemeriksaan MRI atau CT scan dapat menghasilkan gambar detail dari otak, kepala, dan leher penderita untuk mendeteksi penyebab gangguan bicara
  • Pemeriksaan otak dan saraf
    Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan secara spesifik sumber dari gejala yang dirasakan penderita. Pemeriksaan yang dapat dilakukan, seperti:
    1. Electroencephalogram (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik pada otak
    2. Electromyogram (EMG), untuk mengevaluasi aktivitas listrik pada saraf saat mengirimkan pesan ke otot
  • Pemeriksaan konduksi saraf
    Tes ini dilakukan untuk mengukur kekuatan dan kecepatan sinyal listrik saat berjalan dari saraf ke otot
  • Tes darah dan urine
    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi atau peradangan yang menyebabkan gejala
  • Lumbal pungsi (spinal tap)
    Pemeriksaan ini dapat membantu mendiagnosis infeksi serius, gangguan pada sistem saraf pusat, dan kanker pada otak atau tulang belakang
  • Biopsi otak
    Apabila dokter mencurigai adanya tumor atau kanker otak maka dokter akan mengambil sampel jaringan otak penderita untuk diuji.
  • Pemeriksaan neuropsikologi
    Pada pemeriksaan ini dokter akan mengukur kemampuan kognitif, kemampuan untuk memahami perkataan, bacaan, dan tulisan.
    Disartria tidak memengaruhi kemampuan-kemampuan tersebut, tetapi kondisi lain yang mendasarinya dapat memengaruhi kemampuan tersebut.

Baca juga: 9 Makanan yang Baik untuk Perkembangan Otak Anak

Perawatan

Dirangkum dari National Health Service dan Healthline, penanganan disartria akan disesuaikan dengan penyebab, jenis, dan gejala yang dirasakan.

Jika disartria disebabkan karena efek samping obat tertentu maka dokter akan mengganti obat lain yang tidak memicu gejala disartria.

Namun, apabila disartria disebabkan karena tumor atau lesi maka dokter akan merekomendasikan prosedur operasi untuk mengangkat tumor.

Selain itu, penderita disartria juga dapat melakukan terapi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.

Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk membantu meredakan gejala disartria meliputi:

  1. Terapi untuk meningkatkan atau memperlincah gerakan lidah dan bibir
  2. Terapi untuk memperkuat otot mulut
  3. Terapi untuk memperlambat kecepatan berbicara
  4. Terapi untuk meningkatkan kekuatan napas saat berbicara dengan volume yang keras
  5. Terapi untuk memperbaiki artikulasi sehingga perkataan yang diucapkan lebih jelas
  6. Terapi untuk melatih keterampilan berkomunikasi dengan orang lain

Tidak ada jaminan bahwa terapi tersebut dapat meningkatkan atau mengembalikan kemampuan berbicara penderita disartria.

Keberhasilan pengobatan tergantung pada luas dan lokasi kerusakan atau disfungsi otak, kondisi yang mendasarinya, dan kesehatan penderita secara keseluruhan.

Meskipun demikian, penderita disartria dapat melakukan beberapa cara berikut agar komunikasi dapat lebih efektif:

Baca juga: Manfaat Tidur Siang untuk Perkembangan Otak Anak yang Sayang Diabaikan

  1. Tarik napas dalam-dalam sebelum berbicara
  2. Berikan penekanan lebih saat mengucapkan poin-poin penting
  3. Berbicara secara perlahan, bila perlu ucapkan kata demi kata secara berjeda
  4. Pastikan lawan bicara memperhatikan dan paham dengan ucapan yang dikatakan
  5. Gunakan kalimat yang pendek karena kalimat panjang menyebabkan penderita merasa lelah.

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, kesulitan berbicara akibat disartria dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:

  • Sulit bergaul
    Disartria menyebabkan kesulitan berbicara sehingga komunikasi menjadi terganggu dan dapat memengaruhi hubungan penderita dengan orang lain
  • Depresi
    Pada sebagian kasus, disartria dapat menyebabkan penderita mengalami depresi dan lebih suka menyendiri.

Pencegahan

Dikutip dari Healthline, disartria dapat terjadi karena berbagai kondisi yang mendasarinya sehingga cukup sulit untuk dicegah.

Namun, penerapan gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko terkena disartria . Pola hidup sehat yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Rutin berolahraga
  2. Jaga berat badan tetap sehat dan ideal
  3. Konsumsi lebih banyak buah dan sayuran
  4. Batasi makanan tinggi kolesterol, lemak jenuh, dan garam
  5. Batasi konsumsi minuman beralkohol
  6. Berhenti merokok
  7. Hindari konsumsi obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter
  8. Lakukan pemeriksaan rutin dan pengobatan apabila menderita penyakit yang dapat memicu disartria, seperti hipertensi dan diabetes.

Baca juga: 11 Tahap Perkembangan Janin pada Trimester Pertama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com