Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2021, 19:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demam kelenjar atau dalam istilah medis disebut mononukleosis, merupakan penyakit yang terjadi karena infeksi kelompok virus herpes, yaitu virus Epstein-Barr (EBV).

Demam kelenjar yang memiliki nama lain glandular fever ini dapat menyebar melalui air liur, termasuk melalui ciuman.

Maka dari itu, kondisi ini juga sering disebut sebagai kissing disease dan lebih sering menyerang remaja dan dewasa muda.

Baca juga: Demam

Demam kelenjar tidak selalu disebabkan oleh infeksi EBV karena virus lain, seperti cytomegalovirus (CMV) dan rubella.

Demam kelenjar menimbulkan gejala, seperti demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Selain itu, gejala demam kelenjar dapat serupa dengan keluhan yang disebabkan oleh infeksi parasit toksoplasma.

Hal ini mengakibatkan demam kelenjar sulit dibedakan dengan kondisi kesehatan yang lain.

Meskipun demikian, penyakit ini sering kali tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

Seseorang yang telah sembuh dari penyakit ini, nantinya akan kebal terhadap penyakit ini.

Gejala

Merangkum Southern Cross dan Healthdirect, gejala demam kelenjar sering kali muncul 4 sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus penyebab penyakit ini.

Gejala demam kelenjar umumnya cenderung ringan dan akan sembuh dalam waktu tiga minggu, bahkan beberapa penderita tidak merasakan gejala apa pun.

Namun, tingkat keparahan dan durasi gejala yang dirasakan setiap penderita dapat bervariasi.

Gejala awal demam kelenjar cukup mirip dengan penyakit flu, seperti:

Baca juga: Ciri Demam yang Berbahaya Pada Anak

  • Demam dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat Celsius atau lebih
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Tubuh lemas dan merasa lelah (malaise)
  • Nyeri otot
  • Nafsu makan berkurang
  • Berkeringat di malam hari.

Setelah 2 sampai 3 hari, penyakit ini akan berkembang yang ditandai dengan beberapa gejala lain berikut:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah leher, ketiak, atau selangkangan
  • Muncul bintik merah pada bagian langit-langit mulut yang diikuti dengan pembesaran amandel
  • Ruam merah pada tubuh
  • Pembesaran organ limpa yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada perut
  • Nyeri hati yang dapat menyebabkan jaundice atau penyakit kuning, yaitu menguningnya kulit dan bagian putih mata.

Penyebab

Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, demam kelenjar atau mononukleosis disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV).

Virus tersebut menyebar ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan air liur, darah, dan sperma dari penderita mononukleosis.

Penularan penyakit ini dapat terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja menghirup droplet penderita.

Baca juga: Cara Menurunkan Demam pada Bayi

Virus penyebab penyakit ini juga dapat menular ketika seseorang berciuman atau menggunakan alat makan yang sama dengan penderita.

Virus Epstein-Barr (EBV) juga dapat menular melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan donor (transplantasi) organ tubuh.

Masa inkubasi virus Epstein-Barr (EBV) adalah 4 hingga 8 minggu sebelum muncul gejala.

Hal ini menyebabkan seseorang yang terinfeksi kerap tidak menyadari bahwa dirinya mengalami mononukleosis dan dapat menularkan virus EBV ke orang lain.

Selain disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV), demam kelenjar juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang lain.

Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan demam kelenjar atau mononukleosis adalah cytomegalovirus (CMV), rubella, dan toxoplasma.

Faktor risiko

Menurut Very Well Health, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terserang demam kelenjar meliputi:

  1. Menggunakan peralatan pribadi, seperti sikat gigi dan alat makan, secara bersama dengan orang lain atau tidak dicuci dengan bersih
  2. Berada di dekat orang yang batuk atau bersin
  3. Menggunakan sedotan atau gelas yang sama dengan orang yang sakit
  4. Tidak mencuci tangan setelah menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi atau melakukan kontak fisik dengan orang yang sedang sakit
  5. Berciuman
  6. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom
  7. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena melakukan transplantasi organ dan mengonsumsi obat imunosupresif.

Baca juga: Alasan Banyak Minum Air Putih Penting Saat Demam

Diagnosis

Dikutip dari Mayo Clinic, diagnosis demam kelenjar diawali dengan anamnesis mengenai riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan pasien.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda infeksi, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, amandel, dan pembesaran limpa.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes darah yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan antibodi virus Epstein-Barr.

Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk mengetahui kadar sel darah putih karena peningkatan kadar sel darah putih merupakan cara tubuh untuk melawan infeksi virus.

Perawatan

Melansir dari Medical News Today, hingga saat ini masih belum ditemukan obat spesifik yang dapat mengatasi demam kelenjar.

Meskipun tanpa pengobatan, penyakit ini umumnya akan hilang setelah 2 sampai 4 minggu.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan secara mandiri guna membantu meredakan gejala, di antaranya:

  1. Istirahat yang cukup
    Penyakit ini menyebabkan penderita merasa lelah atau malaise dan istirahat akan membantu mengembalikan stamina
  2. Banyak minum air putih
    Penyakit ini menyebabkan tenggorokan terasa sakit sehingga penderita sulit menelan. Karena itu, penting untuk banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
  3. Obat pereda nyeri
    Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti parasetamol dan ibuprofen dapat membantu meredakan nyeri dan demam akibat demam kelenjar
  4. Berkumur dengan air garam
    Larutan air garam dapat membantu meredakan sakit tenggorokan
  5. Obat steroid
    Obat kortikosteroid mungkin diperlukan untuk meredakan peradangan pada amandel atau sulit bernapas.

Baca juga: Yang Terjadi PadaTubuh saat Demam

Komplikasi

Dikutip dari Southern Cross, meskipun demam kelenjar umumnya tidak berbahaya, tetapi pada beberapa kasus kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh pembesaran amandel
  • Peradangan hati atau hepatitis
  • Peradangan pada otot jantung atau miokarditisPerikarditis, yaitu peradangan pada lapisan tipis berbentuk kantong yang melapisi jantung (perikardium)
  • Gangguan sistem saraf, seperti meningitis, ensefalitis, dan sindrom Guillain-Barre atau Bell's palsy, yaitu kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah
  • Pneumonia, yaitu peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi
  • Pembesaran limpa hingga terjadi robekan pada limpa
  • Anemia, terjadi ketika tubuh kurang darah akibat infeksi virus menghancurkan sel darah merah
  • Jumlah sel darah trombosit yang terlalu rendah (trombositopenia), menyebabkan tubuh lebih mudah memar dan berdarah.

Pencegahan

Menurut National Health Service, demam kelenjar dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:

  1. Terapkan kebersihan diri yang benar, seperti dengan rajin mencuci tangan, mencuci pakaian dan seprai hingga bersih
  2. Hindari berciuman atau melakukan hubungan seksual dengan orang lain, terutama yang sedang sakit atau menunjukkan gejala demam kelenjar
  3. Tidak berbagi penggunaan gelas, alat makan, handuk, dan sikat gigi dengan orang lain.

Baca juga: Demam: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com