Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 31/08/2022, 17:48 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Bajuadji Sp.B(K)Onk, MARS
Divalidasi oleh:
dr. Bajuadji Sp.B(K)Onk, MARS

Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Tangerang dan Mayapada Hospital Bogor BMC www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk pada sel-sel payudara.

Kanker ini tergolong umum dan dapat terjadi pada pria dan wanita, tetapi lebih sering terjadi pada wanita.

Sekitar 1 dari 8 wanita didiagnosis menderita kanker payudara selama hidup mereka. Terdapat peluang bagus untuk pulih jika kanker ini terdeteksi pada tahap awal.

Baca juga: Masih Jadi Momok, Berikut 5 Cara Kurangi Risiko Kanker Payudara

Maka dari itu, penting bagi wanita untuk memeriksa payudara secara teratur dan melihat setiap perubahan. Selalu periksakan jika terdapat perubahan apapun ke ke dokter.

Gejala

Geala pertama kanker payudara biasanya berupa area jaringan yang menebal di payudara. Benjolan bisa juga terdapat di area ketika.

Gejala lainnya termasuk:

  • nyeri ketiak atau payudara tidak berubah dengan siklus bulanan
  • perubahan tekstur dan warna permukaan, seperti kulit jeruk dan berwarna kemerahan
  • ruam di sekitar atau pada satu puting
  • keluarnya cairan dari puting susu, yang mungkin mengandung darah
  • puting cekung atau terbalik
  • perubahan ukuran atau bentuk payudara
  • payudara mengelupas atau bersisik pada kulit atau puting susu.

Sebagian besar benjolan payudara tidak bersifat kanker. Namun, siapa pun yang merasakan benjolan payudara harus diperiksa oleh tenaga medis profesional.

Penyebab

Kanker adalah sebuah kondisi saat sel membelah secara abnormal atau tidak wajar dalam kurun waktu yang cepat. Pembelahan sel tersebut membentuk gumpalan atau massa.

Selain itu, sel dapat menyebar (bermetastasis) melalui payudara ke kelenjar getah bening atau ke bagian lain tubuh.

Kanker payudara paling sering dimulai dengan sel-sel di saluran penghasil susu (karsinoma duktal invasif).

Baca juga: Pengobatan Kanker Payudara Tanpa Kemoterapi, Bisakah?

Juga, dapat dimulai di jaringan kelenjar yang disebut lobulus (karsinoma lobular invasif) atau sel dan jaringan lain di payudara.

Beberapa faktor yang dianggap meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara, adalah:

  • seorang wanita: wanita lebih mungkin mengalami kanker payudara
  • usia: seiring bertambahnya usia, risiko seseorang bertambah
  • riwayat medis pribadi terkait gangguan payudara: seperti memiliki karsinoma lobular in situ atau hiperplasia atipikal di payudara, risiko meningkat
  • riwayat medis keluarga: jika terdapat kerabat dengan riwayat kanker payudara, kemungkinan seseorang ikut terkena menjadi lebih tinggi
  • paparan radiasi: jika menerima perawatan radiasi ke dada sebagai anak atau dewasa muda, terdapat risiko dengan kanker payudara
  • kegemukan atau obesitas
  • mengalami menstruasi di umur yang terlalu muda: seseorang dengan menstruasi di bawah 12 tahun memiliki risiko lebih tinggi dengan kanker payudara
  • mengalami menopause di umur yang terlalu tua: sama halnya dengan mengalami menstruasi di usia yang lebih muda, menopause di usia lanjut juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara
  • memiliki anak di usia tua: wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun mungkin memiliki peningkatan risiko kanker payudara
  • belum pernah hamil: wanita yang belum pernah hamil memiliki risiko lebih besar dengan kanker payudara
  • terapi hormon pascamenopause: wanita yang mengonsumsi obat terapi hormon (kombinasi estrogen dan progresteron) untuk mengobati tanda dan gejala menopause memiliki peningkatan risiko kanker payudara
  • minum alkohol: penggunaan alkohol berlebih dapat meningkatkan risiko kanekr payudara.

Baca juga: 5 Jenis Makanan untuk Mencegah Kanker Payudara

Diagnosis

Diagnosis terhadap kanker payudara melibatkan pemeriksaan payudara untuk benjolan atau kemungkinan indikasi kanker lainnya.

Selama pemeriksaan, pasien tersebut mungkin perlu duduk atau berdiri dengan tangan di posisi yang berbeda, seperti di atas kepala atau sisi tubuh.

Beberapa jenis pemindaian dapat membantu mendeteksi kanker payudara, termasuk:

  • mammogram: jenis sinar-X yang biasa digunakan dokter selama pemeriksaan awal kanker payudara. Tes ini dapat menunjukkan jika terdapat benjolan atau kelainan.
  • ultrasound: penggunaan gelombang suara untuk membantu membedakan antara massa padat dan kista berisi cairan
  • MRI: menggabungkan berbagai gambar payudara untuk membantu dokter mengidentifikasi kanker atau kelainan lainnya.

Selain itu, tes lain yang dapat digunakan adalah biopsi.

Biopsi adalah tes mengambil sampel jaringan payudara dan digunakan untuk dianalisis di laboratorium.

Dokter kemudian menentukan stadium kanker untuk menetapkan:

  • ukuran tumor
  • seberapa jauh telah menyebar
  • apakah tumor tersebut invasif.

Informasi ini dapat digunakan untuk membantu dokter menyusun strategi pengobatan terbaik.

Baca juga: 6 Gejala Kanker Payudara yang Paling Sering Terjadi

Perawatan

Jika kanker terdeteksi pada tahap awal, dapat diobati sebelum menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Kanker payudara diobati dengan menggunakan kombinasi:

  • pembedahan
  • kemoterapi
  • radioterapi.

Pembedahan biasanya merupakan jenis perawatan pertama yang dimiliki.

Perawatan ini mungkin diikuti dengan kemoterapi atau radioterapi.

Dalam beberapa kasus, pembedahan juga diikuti dengan terapi hormon atau perawatan yang ditargetkan.

Jenis operasi dan perawatan yang dilakukan setelahnya akan bergantung pada jenis kanker payudara yang diderita. Dokter juga akan mendiskusikan rencana perawatan terbaik.

Pada sebagian kecil wanita, kanker payudara ditemukan setelah menyebar ke bagian tubuh lain (kanker payudara metastatik).

Selain itu, kanker sekunder atau kanker stadium lanjut (metastatik), tidak dapat disembuhkan sehingga tujuan pengobatan adalah untuk meredakan gejala.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Kanker Payudara Pada Pria

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com