Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/01/2022, 11:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker anus atau dubur adalah jenis kanker yang cenderung jarang terjadi pada saluran anus.

Saluran anus adalah tabung pendek di ujung rektum tempat feses keluar dari tubuh.

Kanker anus dapat menyebabkan gejala seperti pendarahan dan nyeri pada area di sekitarnya.

Baca juga: 7 Gejala Kanker Anus yang Perlu Diwaspadai

Umumnya, kebanyakan orang dengan kanker anus diobati dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi.

Meskipun penggabungan perawatan dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan, perawatan gabungan juga dapat meningkatkan risiko efek samping.

Gejala

Tanda dan gejala kanker anus, meliputi:

  • pendarahan dari anus atau rektum
  • sakit di daerah anus
  • massa atau pertumbuhan di saluran anus
  • anus terasa gatal.

Penyebab

Kanker anus dapat terjadi saat terdapat mutasi genetik—mengubah sel normal dan sehat menjadi sel abnormal.

Sel-sel sehat tumbuh, berkembagn biak, dan mati pada waktu yang telah ditentukan. Sementar aitu, sel-sel abnormal tumbuh dan berkembang biak di luar kendali dan tidak mati.

Akumulasi sel-sel abnormal membentuk massa (tumor). Sel kanker menyerang jaringan di dekatnya dan dapat terpisah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain di tubuh (bermetastasis).

Kanker anus berkaitan erat dengan infeksi menular seksual yang disebut human papillomavirus (HPV).

Terdapat banyak bukti bahwa HPV terdeteksi di kebanyakan kanker anus.

Baca juga: Bahaya Anal Seks, Picu Berbagai Penyakit hingga Kanker Anus

HPV juga dianggap sebagai penyebab paling umum dari kanker anus.

Diagnosis

Jika mengalami gejala dan terdapat dugaan memiliki gangguan tertentu, dokter akan melakukan beberapa tes dan pemindaian.

Selain itu, dokter umum juga akan merujuk pasien ke dokter spesialis.

Tes yang dilakukan akan bergantung pada gejala yang timbul.

Beberapa tes dapat meliputi:

  • menggunakan tabung tipis dengan kamera dan lampu ke bagian bawah anus untuk memeriksa setiap perubahan
  • mengambil sampel kecil dari anus (bopsi) agar dapat dianalisis di laboratorium dengan menggunakan mikroskop
  • tes darah.

Jika terkonfirmasi memiliki kanker anus, dokter akan melakukan beberapa tes lain agar mendapatkan visualisasi yang lebih jelas pada kanker tersebut, seperti:

  • pencitraan (MRI atau CT)
  • X-ray.

Dokter juga mungkin mengambil tes fungsi hati dan melakukan pemindaian PET.

Perawatan

Umumnya, kanker anus diobati dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi.

Baca juga: 11 Penyebab Anus Sakit yang Penting Diketahui

Pembedahan biasanya disediakan untuk pasien yang gagal dalam terapi di atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Studi Ungkap Hanya 27 Persen Burnout Disebabkan oleh Tekanan Kerja
Studi Ungkap Hanya 27 Persen Burnout Disebabkan oleh Tekanan Kerja
Health
Hari Bidan Nasional: Mengenal Perjuangan dan Peran Bidan dalam Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak
Hari Bidan Nasional: Mengenal Perjuangan dan Peran Bidan dalam Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak
Health
BGN Bikin Sistem Pengawasan Berlapis untuk Cegah Dana MBG Diselewengkan
BGN Bikin Sistem Pengawasan Berlapis untuk Cegah Dana MBG Diselewengkan
Health
Ini Tanggapan Dirut BPJS Kesehatan Soal 7,3 Juta Peserta PBI JKN Dinonaktifkan
Ini Tanggapan Dirut BPJS Kesehatan Soal 7,3 Juta Peserta PBI JKN Dinonaktifkan
Health
Kasus Demam Berdarah Masih Tinggi di Indonesia, Dokter Ingatkan Pentingnya 3M Plus
Kasus Demam Berdarah Masih Tinggi di Indonesia, Dokter Ingatkan Pentingnya 3M Plus
Health
Adam Suseno Alami Sobek Pembuluh Darah Vena, Ini Bahayanya…
Adam Suseno Alami Sobek Pembuluh Darah Vena, Ini Bahayanya…
Health
Rutin Jalan Kaki 100 Menit per Hari Bisa Turunkan Risiko Nyeri Punggung Kronis
Rutin Jalan Kaki 100 Menit per Hari Bisa Turunkan Risiko Nyeri Punggung Kronis
Health
Tanpa Riwayat Keluarga, Remaja Ini Kena Alzheimer di Usia 19 Tahun
Tanpa Riwayat Keluarga, Remaja Ini Kena Alzheimer di Usia 19 Tahun
Health
Demam Berdarah Tak Sama dengan Demam Biasa, Waspadai Perdarahan hingga Serangan ke Organ Vital
Demam Berdarah Tak Sama dengan Demam Biasa, Waspadai Perdarahan hingga Serangan ke Organ Vital
Health
Dari Hengki Kawilarang Meninggal, Ketahui Ini Hubungan Diabetes dan Penyakit Ginjal
Dari Hengki Kawilarang Meninggal, Ketahui Ini Hubungan Diabetes dan Penyakit Ginjal
Health
Waspadai Nyeri Lutut, Bisa Jadi Tanda Awal Pengapuran Sendi Lutut
Waspadai Nyeri Lutut, Bisa Jadi Tanda Awal Pengapuran Sendi Lutut
Health
Virus Hanta Menyebar Tanpa Disadari, Kenali Cara Penularannya Sebelum Terlambat
Virus Hanta Menyebar Tanpa Disadari, Kenali Cara Penularannya Sebelum Terlambat
Health
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ketahui Ini Penyebabnya…
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ketahui Ini Penyebabnya…
Health
Adam Suseno Robek Pembuluh Darah Besar di Kaki, Ini Bahaya Luka Terbuka dan Pendarahan Arteri
Adam Suseno Robek Pembuluh Darah Besar di Kaki, Ini Bahaya Luka Terbuka dan Pendarahan Arteri
Health
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau