KOMPAS.com - Epidural hematoma (EDH) adalah akumulasi traumatis darah antara ruang antara tulang tengkorak dan selaput pelindung otak paling luar.
EDH terjadi akibat cedera kepala traumatis, biasanya disertai fraktur tengkorak dan laserasi arteri.
Penyakit ini dapat mengancam jiwa dan memerlukan intervensi medis segera.
Baca juga: Hematoma
Epidural hematoma (EDH) biasanya disebabkan oleh cedera kepala.
Fraktur tengkorak yang merobek arteri meningea media adalah sumber perdarahan yang paling umum.
Selain itu, EDH juga dapat terbentuk karena pendarahan dari vena.
EDH juga dapat terjadi akibat penyebab non-trauma. Penyebab tersebut antara lain:
Hematoma epidural yang memengaruhi tulang belakang paling sering disebabkan karena perdarahan spontan dari vena.
Pendarahan ini merupakan akibat dari koagulopati atau penipisan darah yang berlebihan sebagai efek dari obat antikoagulan.
Penyebab lainnya meliputi:
Baca juga: Hematoma Subdural
Pasien epidural hematoma biasanya mengalami kehilangan kesadaran singkat setelah trauma kepala.
Pada beberapa kasus, kehilangan kesadaran dapat menyebabkan koma.
Tanda dan gejala lain dari EDH yang terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera kepala meliputi:
Jika tidak diobati dan pendarahan berlanjut, tekanan otak meningkat dan gejalanya bisa memburuk. Kemungkinan gejala pada saat kondisi seperti itu meliputi:
Epidural hematoma didiagnosis menggunakan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) kepala atau tulang belakang.
Baca juga: Hematoma Epidural
Di kepala, hematoma ditandai dengan massa padat yang mendorong otak menjauh dari tengkorak.
Angiogram dapat dilakukan jika diduga epidural hematoma disebabkan penyebab non-trauma.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pendarahan dan memeriksa masalah medis yang menunjukkan bahwa darah memiliki masalah pembekuan.
EDH adalah kondisi darurat. Tujuan pengobatan meliputi:
Pembedahan darurat seringkali diperlukan untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
Hematoma besar atau bekuan darah padat juga perlu diangkat melalui lubang yang lebih besar di tengkorak (kraniotomi).
Obat-obatan yang digunakan selain pembedahan akan bervariasi sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan gejala serta kerusakan otak yang terjadi.
Obat anti kejang dapat digunakan untuk mengontrol atau mencegah kejang.
Beberapa obat agen hiperosmotik dapat digunakan untuk mengurangi pembengkakan otak.
Untuk orang yang menggunakan pengencer darah atau mengidap gangguan pendarahan, perawatan untuk mencegah pendarahan lebih lanjut akan diperlukan.
Baca juga: 7 Gejala Pembekuan Darah di Otak yang Perlu Diwaspadai
Semua bentuk benturan ke kepala harus dianggap sebagai peristiwa serius.
Jika kepala ferbentur, segera periksakan ke rumah sakit.
Jika orang atau diri sendiri merasakan gejala berikut setelah cedera kepala, segera dapatkan bantuan medis:
Pasien akan memiliki risiko cedera otak permanen, bahkan jika EDH diobati.
Gejala seperti kejang dapat bertahan selama beberapa bulan, bahkan setelah pengobatan.
Jika ada kerusakan otak, pasien tidak akan pulih sepenuhnya. Komplikasi lain di antaranya adalah gejala permanen, seperti:
Baca juga: 12 Penyebab Pembekuan Darah di Otak
EDH sulit dicegah setelah cedera kepala terjadi.
Untuk mengurangi risiko cedera kepala, gunakan peralatan keselamatan yang tepat.
Ikuti tindakan pencegahan keselamatan di tempat kerja dan ketika melakukan aktivitas fisik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.