Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2022, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Umumnya, usia kandungan berlangsung selama 40 minggu hingga proses persalinan tiba.

Namun, terdapat kondisi yang menyebabkan ibu hamil harus segera melakukan persalinan meski usia kehamilan belum cukup.

Kondisi ini disebut dengan kelahiran prematur, yaitu kelahiran yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu atau tiga minggu lebih awal dari hari perkiraan lahir (HPL).

Baca juga: 4 Faktor Risiko yang Memicu Bayi Lahir Prematur

Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan leher rahim atau serviks terbuka sehingga menyebabkan janin memasuki jalan lahir.

Trimester ketiga kehamilan, terutama minggu terakhir masa kehamilan, menjadi masa yang penting dalam pembentukan tahap akhir dari berbagai organ vital.

Selama trimester ketiga berat janin juga semakin bertambah. Hal ini mengakibatkan berat badan bayi yang lahir prematur cenderung di bawah bayi yang lahir cukup bulan.

Selain itu, bayi yang lahir prematur juga berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat organ tubuh masih belum terbentuk dengan sempurna.

Kondisi ini menyebabkan bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan intensif di dalam ruang neonatal intensive care unit (NICU).

Di dalam ruang NICU, bayi akan dimasukkan ke dalam inkubator, alat khusus berbentuk persegi panjang yang dilengkapi kasur kecil sebagai tempat tidur bayi.

Inkubator berfungsi untuk menjaga agar suhu tubuh bayi tetap hangat dan membantu merangsang pertumbuhannya.

Jenis

Dikutip dari Mayo Clinic, terdapat beberapa jenis kelahiran prematur yang diklasifikasikan berdasarkan seberapa awal bayi dilahirkan, yaitu:

  1. Prematur terlambat (late preterm), lahir di antara usia kehamilan 34 sampai 36 minggu
  2. Prematur sedang (moderate preterm), lahir di antara usia kehamilan 32 dan sampai 34 minggu
  3. Sangat prematur (very preterm), lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu
  4. Prematur ekstrem (extremely preterm), lahir pada saat atau sebelum usia kehamilan 25 minggu.

Baca juga: 18 Penyebab Bayi Lahir Prematur, Komplikasi Kehamilan sampai Penyakit

Gejala

Merangkum Stanford Children’s Health dan WebMD, berikut beberapa gejala kelahiran prematur:

  • Nyeri punggung bagian bawah yang konstan atau berulang-ulang
  • Kontraksi setiap 10 menit
  • Kram pada perut bagian bawah
  • Keluar cairan dan lendir yang semakin banyak dari vagina
  • Peningkatan tekanan pada area panggul atau vagina
  • Bercak dari vagina atau perdarahan ringan
  • Mual dan muntah
  • Perdarahan vagina.

Sementara itu, bayi yang lahir prematur mengalami beberapa gejala berikut:

  • Tubuh bayi berukuran lebih kecil dengan ukuran kepala besar yang tidak proporsional
  • Wajah terlihat lebih runcing atau tidak sebulat dari bayi yang lahir cukup bulan akibat kurangnya lemak tubuh
  • Lanugo atau rambut halus yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh
  • Suhu tubuh yang rendah, terutama segera setelah kelahiran karena kekurangan lemak tubuh
  • Sulit bernapas
  • Kurangnya refleks dalam mengisap dan menelan sehingga sulit menerima asupan makanan.

Penyebab

Dilansir dari BabyCenter, penyebab kelahiran prematur sering kali tidak diketahui secara pasti.

Baca juga: Rentan Mengalami Masalah Medis, Begini cara Cegah Bayi Lahir Prematur

Namun, terdapat beberapa kondisi yang diduga memicu kelahiran prematur, di antaranya

  1. Infeksi, seperti pada saluran kemih, organ genital, atau air ketuban (cairan amnion)
  2. Perdarahan vagina
  3. Perubahan hormon
  4. Peregangan rahim yang mungkin terjadi akibat hamil lebih dari satu janin (kembar), bayi berukuran besar, atau memiliki terlalu banyak cairan ketuban.

Faktor risiko

Mengutip Medical News Today, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur meliputi:

  • Riwayat kelahiran prematur pada persalinan sebelumnya
  • Menjalani kehamilan kembar
  • Riwayat kelahiran prematur dalam keluarga
  • Perdarahan vagina selama menjalani kehamilan
  • Tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
  • Menghabiskan sebagian besar waktu untuk berdiri
  • Status sosial ekonomi yang rendah, berpengaruh pada status gizi ibu dan menyebabkan perawatan prenatal yang baik
  • Hamil di bawah usia 17 tahun atau di atas 35 tahun
  • Mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) saat hamil
  • Paparan zat berbahaya terhadap ibu hamil, seperti asap rokok, polusi udara, dan timbal
  • Kekurangan atau kelebihan berat badan sebelum hamil
  • Kekurangan nutrisi
  • Jarak kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, yaitu kurang dari 18 bulan
  • Mengandung janin yang mengalami cacat lahir, misalnya kelainan jantung dan spina bifida
  • Hamil melalui prosedur bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF)
  • Kebiasaan merokok sebelum atau selama masa kehamilan
  • Mengonsumsi minuman beralkohol selama kehamilan
  • Penyalahgunaan NAPZA
  • Mengonsumsi obat-obatan di luar pengawasan dokter
  • Menderita anemia
  • Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi vagina, atau infeksi menular seksual
  • Penyakit kronis, misalnya diabetes dan tekanan darah tinggi
  • Penyakit tiroid
  • Preeklamsia
  • Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim
  • Gangguan pembekuan darah, seperti trombofilia.

Baca juga: 4 Komplikasi Medis yang Sering Dialami Bayi Prematur

Diagnosis

Dirangkum dari BMC Pregnancy & Childbirth dan Stanford Children’s Health, diagnosis kelahiran prematur diawali dengan anamnesis.

Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dirasakan dan riwayat kesehatan pasien secara lengkap.

Selanjutnya, dokter akan memeriksa intensitas dan rentang waktu berlangsungnya kontraksi menggunakan monitor elektronik.

Monitor ini dilengkapi transducer yang dapat mendeteksi dan mengirimkan sinyal kontraksi ke monitor. Transducer akan diletakkan di atas perut ibu hamil.

Selain itu, dokter mungkin juga menyarankan pasien untuk menjalani pemeriksaan penunjang berikut guna memastikan diagnosis:

  1. Pemeriksaan serviks
    Dilakukan untuk mendeteksi perubahan pada leher rahim atau serviks pasien
  2. USG transvaginal
    Menggunakan transducer yang diletakkan di dalam vagina untuk mengukur panjang serviks
  3. Pemeriksaan cairan ketuban
    Dapat mendeteksi apakah air ketuban sudah pecah
  4. Pemeriksaan lendir serviks atau testing for fetal fibronectin (FFN)
    Dilakukan untuk mendeteksi keberadaan fetal fibronectin, yaitu protein yang berada di antara selaput ketuban dan lapisan rahim (uterus)
  5. Cardiotocography (CTG)
    Dapat mengukur frekuensi, durasi, dan kekuatan kontraksi.

Baca juga: Pahami, Faktor Risiko yang Memicu Kelahiran Prematur

Perawatan

Merangkum Mayo Clinic dan Stanford Children’s Health, berikut beberapa penanganan bagi ibu yang mengalami persalinan prematur:

  • Beristirahat di tempat tidur atau bed rest
    Hal ini dapat dilakukan di rumah atau menjalani rawat inap di rumah sakit
  • Obat tokolitik
    Dapat meredakan atau menghentikan kontraksi yang diberikan melalui suntikan atau injeksi intravena
  • Kortikosteroid
    Merupakan obat yang membantu mempercepat tumbuh kembang paru-paru janin karena paru-paru bayi prematur mungkin tidak dapat bekerja sendiri
  • Cervical cerclage
    Merupakan prosedur pengikatan leher rahim (serviks), di mana dokter akan menjahit atau menutup leher rahim ketika serviks lemah dan tidak bisa tetap tertutup
  • Magnesium sulfat
    Merupakan jenis obat yang dapat mengurangi risiko gangguan atau kerusakan pada otak janin yang harus dilahirkan sebelum usia kehamilan 32 minggu
  • Antibiotik
    Dokter mungkin akan memberikan antibiotik apabila kelahiran prematur disebabkan oleh infeksi.

Jika kelahiran prematur tidak dapat diatasi dengan penanganan di atas atau nyawa janin dan ibu terancam, dokter mungkin akan memulai persalinan.

Persalinan yang dilakukan dapat secara normal melalui vagina (pervaginam) ataupun melalui operasi cesar.

Baca juga: Penyebab dan Perawatan Bayi Prematur

Bayi yang dilahirkan secara prematur memerlukan perawatan intensif di dalam ruang neonatal intensive care unit (NICU).

Berikut beberapa alat yang digunakan di ruang NICU:

  • Inkubator
    Dapat membantu mempertahankan suhu dan kelembapan yang pas dengan kondisi tubuh bayi.
  • Monitor
    Menampilkan tanda-tanda vital bayi, seperti detak jantung, tekanan darah, tingkat pernapasan, dan suhu tubuh bayi.
  • Ventilator
    Merupakan alat bantu pernapasan untuk membantu bayi baru lahir bernapas
  • Infus
    Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan bayi
  • Selang makan
    Pada awalnya bayi akan menerima nutrisi dan cairan melalui infus. Namun, agar tetap bisa menyusu, bayi akan dipasangi selang makan (nasogastrik)
  • Fototerapi atau terapi sinar
    Merupakan metode perawatan untuk mengatasi penyakit kuning atau jaundice pada bayi prematur akibat peningkatan kadar bilirubin.

Selain itu, bayi yang lahir prematur mungkin memerlukan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah darah, terutama bagi bayi yang menjalani pemeriksaan darah.

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, bayi yang lahir prematur dapat mengalami komplikasi berikut:

Baca juga: Bayi Lahir Prematur: Penyebab dan Cara Mencegahnya

  • Komplikasi jangka pendek, antara lain:
  1. Gangguan fungsi organ, seperti jantung dan otak
  2. Masalah pernapasan akibat sistem pernapasan belum terbentuk dengan sempurna
  3. Gangguan pengaturan suhu tubuh
  4. Masalah pencernaan akibat sistem pencernaan tidak dapat berfungsi dengan optimal
  5. Penyakit kuning atau jaundice akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi
  6. Gangguan pada sistem kekebalan tubuh
  • Komplikasi jangka panjang, meliputi:
  1. Cerebral palsy atau lumpuh otak
  2. Penurunan kecerdasan
  3. Masalah penglihatan
  4. Gangguan pendengaran
  5. Masalah pada gigi
  6. Gangguan psikologis
  7. Kematian mendadak

Pencegahan

Dirangkum dari Medical News Today dan Mayo Clinic, terdapat tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, di antaranya:

  1. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin guna memantau kondisi kesehatan ibu dan janin
  2. Segera lakukan pemeriksaan jika mengalami gejala kelahiran prematur
  3. Konsumsi makanan sehat dengan gizi lengkap dan seimbang
  4. Jaga berat badan tetap ideal dan sehat sebelum dan selama hamil
  5. Lakukan pemeriksaan dan pengobatan jika menderita penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas
  6. Hindari stres selama hamil dan kelola stres dengan tindakan positif, misalnya dengan menerapkan teknik relaksasi
  7. Pertimbangkan jarak kelahiran dengan kehamilan berikutnya karena jarak kehamilan kurang dari enam bulan meningkatkan risiko kelahiran prematur
  8. Menghindari sesuatu yang dapat menyebabkan infeksi, seperti mengonsumsi daging mentah dan menginjak tanah tanpa alas kaki
  9. Berhenti merokok dan hindari mengonsumsi minuman beralkohol selama kehamilan
  10. Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai obat atau suplemen yang hendak dikonsumsi, jangan mengonsumsi obat secara sembarangan
  11. Konsultasikan dengan dokter mengenai risiko dan komplikasi kehamilan melalui program bayi tabung.

Baca juga: Kenapa Bayi Kembar Berisiko Lahir Prematur?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com