Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2022, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cairan serebrospinal merupakan cairan bening seperti air yang berada di dalam dan sekitar otak, serta sumsum tulang belakang.

Cairan serebrospinal berfungsi untuk melindungi otak maupun tulang belakang saat benturan atau cedera terjadi.

Cairan ini juga berfungsi untuk menjaga tekanan pada otak dan membuang limbah atau zat sisa metabolisme dari otak.

Baca juga: Kepala Peyang

Cairan serebrospinal mengalir dalam ventrikel otak, batang otak, dan di sekitar saraf tulang belakang.

Cairan serebrospinal diproduksi oleh otak secara terus menerus dan diserap oleh pembuluh darah.

Namun, apabila produksi dan penyerapan cairan serebrospinal tidak seimbang maka kondisi ini dapat menyebabkan hidrosefalus.

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal pada rongga otak (ventrikel) yang menyebabkan ventrikel otak membesar.

Penumpukan cairan akibat hidrosefalus akan meningkatkan tekanan pada otak yang dapat merusak jaringan otak dan menyebabkan berbagai jenis gangguan otak.

Hidrosefalus dapat dialami siapa saja dari semua kalangan usia. Namun, kondisi ini lebih sering dialami oleh bayi dan lansia yang berumur di atas 60 tahun.

Hidrosefalus yang terjadi pada bayi akan menyebabkan lingkar kepala bayi besar atau ukuran kepala membesar.

Di samping itu, hidrosefalus yang terjadi pada orang dewasa akan menimbulkan sakit kepala hebat dan disertai dengan mual atau muntah.

Jenis

Melansir Medical News Today, terdapat beberapa jenis hidrosefalus di antaranya:

Baca juga: Mikrosefali

  • Hidrosefalus kongenital (bawaan)
    Merupakan hidrosefalus yang sudah ada sejak bayi dilahirkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi selama kehamilan atau cacat lahir, seperti spina bifida.
  • Hidrosefalus didapat (acquired)
    Merupakan hidrosefalus yang muncul setelah lahir, seperti karena stroke, tumor otak, meningitis, atau akibat cedera kepala yang serius.
  • Hidrosefalus tekanan normal
    Merupakan jenis hidrosefalus yang hanya diderita oleh lansia berusia di atas 50 tahun.

Gejala

Merangkum Mayo Clinic dan Healthline, hidrosefalus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi tergantung pada jenis hidrosefalus yang diderita.

Berikut penjelasannya:

Gejala hidrosefalus pada bayi, meliputi:

  1. Ukuran kepala yang sangat besar
  2. Ubun-ubun menonjol
  3. Pertumbuhan ukuran lingkar kepala yang cepat
  4. Bola mata tertuju ke bawah
  5. Sangat rewel
  6. Muntah
  7. Kantuk berlebihan
  8. Nafsu makan yang buruk atau tidak mau menyusu
  9. Kekuatan otot yang lemah
  10. Kejang.

Baca juga: 6 Cara Menghilangkan Kerak di Kulit Kepala secara Alami dan Pakai Obat

Gejala hidrosefalus pada anak-anak dan remaja, meliputi:

  1. Pembesaran kepala
  2. Mata juling
  3. Sakit kepala
  4. Kejang otot
  5. Pandangan kabur atau buram
  6. Perubahan kepribadian
  7. Perubahan pada struktur wajah
  8. Tumbuh kembang terhambat
  9. Nafsu makan yang buruk
  10. Susah tidur atau tidur terlalu lama
  11. Sulit menahan buang air kecil atau inkontinensia urine
  12. Gangguan koordinasi tubuh
  13. Gangguan keseimbangan
  14. Mual dan muntah
  15. Sulit untuk berkonsentrasi.

Gejala hidrosefalus pada orang dewasa dan lansia, meliputi:

  1. Sakit kepala kronis
  2. Hilangnya keseimbangan dan koordinasi tubuh
  3. Kesulitan berjalan atau perubahan dalam gaya berjalan
  4. Gangguan kandung kemih, seperti sulit menahan kencing (inkontinensia urine), bahkan tidak dapat kencing sama sekali
  5. Gangguan penglihatan
  6. Daya ingat dan konsentrasi menurun
  7. Kehilangan ingatan.

Baca juga: Sakit Kepala Hebat Mendadak, Waspadai Pendarahan Intraserebal

Penyebab

Dikutip dari situs Healthline, hidrosefalus terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak sehingga tekanan dalam kepala meningkat.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cairan di dalam otak terlalu banyak, meliputi:

  1. Aliran cairan otak tersumbat
  2. Otak memproduksi cairan serebrospinal secara berlebihan
  3. Penyerapan cairan otak terganggu.

Ketika cairan di dalam otak terlalu banyak maka tekanan dalam kepala akan meningkat dan memicu pembengkakan otak akibat kerusakan pada jaringan otak.

Selain tiga kondisi di atas, beberapa kondisi berikut dapat menyebabkan bayi mengalami hidrosefalus saat proses persalinan atau beberapa saat setelah dilahirkan:

  • Kelainan kongenital atau cacat lahir di mana tulang belakang dan otak tidak terbentuk sempurna, seperti spina bifida
  • Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur
  • Infeksi selama masa kehamilan, misalnya rubella.

Faktor risiko

Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang dari segala usia mengalami hidrosefalus:

  1. Tumor pada otak atau sumsum tulang belakang
  2. Infeksi pada otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat), seperti meningitis
  3. Pendarahan di otak akibat stroke atau cedera kepala
  4. Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.

Baca juga: Pertolongan Pertama untuk Cedera Kepala

Diagnosis

Dilansir dari Healthline, hidrosefalus pada bayi dapat diketahui dari bentuk atau lingkar kepalanya yang lebih besar dari ukuran normal sesuai dengan usia mereka.

Pada pasien dewasa, diagnosis hidrosefalus diawali dengan anamnesis mengenai gejala yang dirasakan dan melakukan pemeriksaan fisik.

Selanjutnya, dokter akan memastikan diagnosis dengan melalui tes pencitraan, seperti USG, CT scan, atau MRI. Berikut penjelasannya:

  • Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar otak.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan ketika bayi masih di dalam kandungan atau saat ubun-ubun bayi (soft spot) masih terbuka.

  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambar otak secara lebih detail.

Melalui MRI dokter dapat melihat adanya penumpukan cairan serebrospinal pada rongga otak (ventrikel) dan mendeteksi penyebab hidrosefalus.

  • CT scan

Pemeriksaan ini menggunakan teknologi sinar-X untuk menghasilkan gambar penampang otak.

Baca juga: Efek Cedera Kepala yang Tidak Dapat Disepelekan

Pemeriksaan CT scan dapat dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa untuk mendeteksi pembesaran ventrikel otak akibat penumpukan cairan serebrospinal.

Perawatan

Mengutip Cincinnati Children’s Hospital, hidrosefalus dapat diatasi melalui prosedur operasi untuk menyeimbangkan kadar cairan di dalam otak.

Berikut metode operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hidrosefalus:

  • Operasi pemasangan shunt

Shunt merupakan selang yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang ada di otak ke bagian lain di tubuh.

Hal ini dilakukan agar cairan serebrospinal lebih mudah terserap ke dalam aliran darah.

  • Endoscopic third ventriculostomy (ETV)

Pada prosedur ini dokter akan membuat lubang kecil di dalam rongga otak agar
cairan serebrospinal di dalam otak dapat mengalir keluar.

Prosedur ETV terbukti lebih efektif untuk mengatasi hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak (ventrikel).

Komplikasi

Dilansir dari situs Medical News Today, komplikasi hidrosefalus bergantung pada kondisi yang mendasarinya dan tingkat keparahan gejala.

Jika kondisi ini mulai berkembang sejak bayi lahir maka dapat menimbulkan gangguan pada otak dan perkembangan fisik bayi.

Baca juga: Bagaimana Benturan di Kepala Bisa Sebabkan Kematian?

Namun, jika kondisi ini tidak begitu parah dan mendapat penanganan secara tepat dan cepat maka kemungkinan komplikasi jauh lebih kecil.

Bayi dengan hidrosefalus kongenital (bawaan) dapat mengalami kerusakan otak permanen yang menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti:

  • Perhatian bayi terbatas
  • Autisme
  • Kesulitan dalam belajar
  • Gangguan koordinasi fisik
  • Gangguan memori atau keterampilan berpikir
  • Gangguan bicara
  • Gangguan penglihatan.

Pencegahan

Menurut Healthline, hidrosefalus merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah.

Namun, beberapa cara berikut dapat membantu mengurangi risiko seorang anak mengalami hidrosefalus:

  1. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin saat hamil agar dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi
  2. Melakukan vaksinasi untuk mencegah penyakit dan infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus, seperti rubella dan meningitis
  3. Gunakan perlengkapan keselamatan berkendara, seperti helm atau sabuk pengaman untuk meminimalkan risiko kecelakaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com