Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/03/2022, 11:04 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Epiglotitis adalah peradangan dan pembengkakan pada epiglotis, struktur tulang rawan tipis di akar lidah yang menutup tenggorokan (trakea) saat makanan ditelan.

Epiglotitis dapat terjadi pada semua usia.

Sejumlah faktor dapat menyebabkan epiglotis membengkak, seperti luka bakar akibat cairan panas, cedera langsung pada tenggorokan, dan berbagai infeksi.

Baca juga: Terlihat Sama, Kenali Beda Radang Tenggorokan dan Sakit Tenggorokan

Penyebab

Epiglotitis umumnya disebabkan oleh infeksi dari bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib), bakter yang juga menyebabkan pneumonia dan meningitis.

Penularan bakteri ini sama dengan flu biasa, yakni lewat tetesan air liur atau lendir yang menyebar ke udara ketika pembawa bakteri batuk atau bersin.

Orang lain terinfeksi dengan menghirup atau bersentuhan dengan permukaan tempat bakteri itu mendarat.

Kemungkinan penyebab lainnya meliputi:

  • Infeksi bakteri dari sumber non-Hib, seperti dari streptokokus pneumonia
  • Infeksi jamur, terutama pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
  • Infeksi virus dari virus varicella zoster (penyebab cacar air) atau virus herpes simpleks (penyebab luka dingin)
  • Cedera tenggorokan, baik karena pukulan fisik atau dengan minum air yang sangat panas
  • Merokok, terutama rokok kokain atau obat-obatan terlarang lainnya
  • Luka bakar kimia
  • Efek samping dari penyakit lain atau kemoterapi.

Gejala

Epiglottitis ditandai dengan demam tinggi dan sakit tenggorokan.

Gejala lain yang dapat terjadi antara lain:

Baca juga: 6 Komplikasi Sakit Tenggorokan yang Tidak Teratasi

  • Suara napas tidak normal (stridor)
  • Demam
  • Warna kulit biru (sianosis)
  • Ngiler
  • Kesulitan bernapas
  • Kesulitan menelan
  • Perubahan suara (suara serak).

Saluran udara dapat tersumbat total, yang dapat mengakibatkan henti jantung dan kematian.

Diagnosis

Tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis epiglotitis meliputi:

  • Laringoskopi
  • Usap atau swab tenggorokan untuk menguji bakteri atau virus
  • Tes darah untuk memeriksa jumlah sel darah putih dan untuk menemukan bakteri atau virus dalam darah
  • Pemindaian sinar-X atau CT (computed tomography).

Karena epiglotitis dan penyakit croup atau laringotrakeobronkiti memiliki sejumlah gejala yang sama, penting untuk mendiagnosis dengan tepat penyakitnya sehingga pasien mendapat penanganan tepat.

Perawatan

Pengidap epiglotitis harus dirawat di rumah sakit sebagai keadaan darurat medis.

Perawatan umumnya menggunakan metode untuk membantu pasien bernapas, seperti:

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengobati Sakit Tenggorokan

  • Tabung pernapasan (intubasi)
  • Oksigen yang dilembapkan.

Perawatan lain meliputi:

  • Antibiotik untuk mengobati infeksi
  • Obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid, untuk mengurangi pembengkakan tenggorokan
  • Cairan yang diberikan melalui vena.

Epiglotitis adalah keadaan darurat medis.

Jika tiba-tiba mengalami kesulitan bernapas dan menelan, pergi ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.

Usahakan agar pasien tetap tenang dan tegak, karena posisi ini dapat membuat pasien lebih mudah bernapas.

Jangan mencoba memeriksa tenggorokan orang itu sendiri karena bisa memperburuk keadaan.

Komplikasi

Epiglotitis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

  • Kegagalan pernapasan
  • Infeksi menyebar.

Pencegahan

Langkah pencegahan epiglotitis menurut Cleveland Clinic meliputi:

Baca juga: 10 Bahan Herbal yang Ampuh Mengobati Sakit Tenggorokan

  • Pada anak-anak, pencegahan terbaik adalah dengan vaksinasi bakteri Hib
  • Cuci tangan sesering mungkin dan hindari meletakkan jari di mata, hidung, dan mulut
  • Lakukan tindakan pencegahan yang diperlukan di sekitar orang yang batuk dan bersin
  • Hindari cedera tenggorokan karena minum cairan panas atau merokok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com