Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2022, 09:05 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang mengakibatkan kebingungan berpikir dan penurunan kesadaran terhadap lingkungan.

Delirium biasanya dikaitkan dengan kondisi lain, seperti penyakit parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), obat-obatan, infeksi, pembedahan, atau alkohol.

Karena gejala delirium dan demensia bisa serupa, penjelasan dari anggota keluarga atau orang terdekat penting bagi dokter untuk membuat diagnosis yang akurat.

Baca juga: Penyakit Delirium: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Penyebab

Dalam beberapa kasus, dokter tidak dapat menemukan penyebab delirium.

Namun, beberapa penyebab umum delirium yang diketahui meliputi:

  • Alkohol atau keracunan obat-obatan terlarang, overdosis atau sakau
  • Reaksi luar biasa terhadap infeksi seperti pneumonia, sepsis, dan infeksi saluran kemih
  • Perubahan di lingkungan
  • Dehidrasi
  • Obat-obatan, seperti yang memiliki efek antikolinergik (termasuk antihistamin), obat psikoaktif, dan opioid
  • Masalah hormonal, seperti hipertiroidisme atau hipotiroidisme
  • Cedera atau kegagalan pada ginjal atau hati
  • Kurangnya oksigen ke jaringan
  • Kurang tidur.

Gejala

Delirium terbagi menjadi dua jenis, yakni:

  • Delirium hiperaktif, pasien menjadi terlalu aktif, seperti terus-terusan gelisah
  • Delirium hipoaktif, pasien menjadi kurang aktif, seperti mengantuk dan lambat merespons.

Dua jenis delirium menghasilkan gejala yang berbeda.

Gejala cenderung mulai tiba-tiba dan memburuk selama beberapa jam atau hari berikutnya.

Baca juga: Sering Lupa dan Bingung Bisa Jadi Tanda Depresi, Kok Bisa?

Pasien delirium dapat bertindak seperti mereka mabuk.

Gejala delirium hiperaktif meliputi:

  • Bertindak disorientasi
  • Kecemasan
  • Halusinasi
  • Bertele-tele
  • Perubahan emosi yang cepat
  • Kesulitan berkonsentrasi.

Gejala delirium hipoaktif meliputi:

  • Apati
  • Responsivitas berkurang
  • Pengaruh datar
  • Kemalasan
  • Penarikan atau sakau.

Diagnosis

Dokter dapat mendiagnosis delirium jika pasien:

  • Tidak bisa fokus atau mengalihkan perhatian
  • Memiliki perubahan dalam berpikir
  • Memiliki onset masalah berpikir yang cepat, yang dapat berubah sepanjang hari.

Setelah menanyakan tentang gejala orang tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.

Baca juga: Halusinasi

Dokter juga dapat menggunakan tes lain untuk membantu mengidentifikasi penyebabnya, seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Tes pencitraan, seperti rontgen dada, CT atau MRI scan.

Perawatan

Perawatan untuk delirium tergantung pada penyebabnya.

Pilihan pengobatannya meliputi:

  • Antibiotik untuk infeksi
  • Cairan dan elektrolit untuk dehidrasi
  • Benzodiazepin untuk masalah karena penarikan obat dan alkohol.

Dokter mungkin akan meresepkan obat antipsikotik untuk mengobati agitasi, halusinasi, dan memperbaiki masalah sensorik. Obat antipsikotik meliputi:

  • Haloperidol
  • Risperidon
  • Olanzapin
  • Quetiapine.

Jika kerabat, teman atau seseorang yang sedang dalam perawatan menunjukkan tanda-tanda atau gejala delirium, segera hubungi dokter.

Masukan tentang gejala orang tersebut akan menjadi penting untuk diagnosis yang tepat dan untuk menemukan penyebab yang mendasarinya.

Baca juga: Bagaimana Kelebihan Dopamin Bikin Halusinasi dan Berkaitan dengan Skizofrenia?

Komplikasi

Delirium dapat berlangsung hanya beberapa jam atau selama beberapa minggu atau bulan.

Jika masalah yang berkontribusi terhadap delirium ditangani, waktu pemulihan seringkali lebih pendek.

Orang dengan penyakit serius atau kronis mungkin tidak kembali pada tingkat keterampilan berpikir atau fungsi yang mereka miliki sebelum timbulnya delirium.

Delirium pada orang yang sakit parah juga lebih mungkin menyebabkan:

  • Penurunan kesehatan secara umum
  • Pemulihan yang buruk dari operasi
  • Kebutuhan akan perawatan institusional
  • Peningkatan risiko kematian.

Pencegahan

Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah delirium adalah dengan menghindari faktor risiko yang dapat memicu suatu episode delirium.

Bukti menunjukkan bahwa strategi tertentu, yakni kebiasaan tidur yang baik, tetap tenang dan berorientasi baik, serta mencegah masalah medis atau komplikasi lain dapat membantu mencegah atau mengurangi keparahan delirium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau