Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jarum Tatto Berisiko Sebarkan HIV

Kompas.com - 07/01/2008, 17:44 WIB

Laporan wartawan Tribun Kaltim JOI

BALIKPAPAN, SENIN - Perlakuan diskriminasi terhadap penderita penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) ternyata hingga kini masih saja terjadi. Kondisi ini dialami Suwidi (nama samaran) penderita HIV yang tertular melalui jarum tatto. Sejak positif mengidap HIV pada 2005 lalu, mulai mendapatkan perawatan intensif. Namun setelah kembali ke Kaltim, ia harus dirawat di sebuah rumah sakit di Samarinda.

Selama menjalani perawatan tiga bulan itu Suwidi mengaku  diperlakukan kurang baik. "Dokter tidak pernah mendekat, setiap menanyakan kondisi kesehatan saya selalu dari pintu ruangan," kata pria berusia 30 tahun ini.

Dalam sebuah ruangan khusus Suwidi tinggal bersama penderita lainnya selama kurun waktu tiga bulan. Namun akhirnya Suwidi memutuskan untuk pindah ke Balikpapan, dan ditangani Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Balikpapan. Dengan kondisi fisik yang masih lemah, Suwidi dirawat di sebuah ruangan di rumah singgah LSM Focker Balikpapan.

Seperti halnya pasien HIV lainnya, Suwidi juga rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV), sehari dua kali. Meski ada sedikit efek samping pada bagian kulitnya, berupa bercak-bercak putih, obat itu tetap harus diminum sebagai penetralisir virus yang bercokol di dalam tubuhnya.

Pria asal Bulungan ini terinfeksi HIV dari jarum tatto yang digambarkan di lengan sebelah kirinya tahun 2002 lalu. "Saya tidak suka main perempuan dan narkoba, kecuali hanya minum. Dan pada saat tidak sadar itulah kita ramai-ramai ingin bertatto badan dan saat itulah kami terjangkit," ujarnya dengan nada rendah.

Rupanya jarum tatto yang digunakan pria pembuat tatto tidak steril. Dan inilah yang menjadi sumber penyebaran HIV. Sayang, penyakit Suwidi baru teridentifikasi tiga tahun kemudian atau tahun 2005 lalu. Saat itulah ia baru sadar bahwa terjangkit penyakit menular melalui jarum tatto.

Pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat lainnya yang suka melukis badannya dengan tatto. Karena siapa sangka bila dalam jarum tatto yang digunakan terkandung virus HIV.

Beruntung virus dalam tubuh Suwidi diketahui, bila tidak, HIV yang merengutnya bisa berkembang menjadi  Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS), yang bisa membunuhnya. "Saat ini kami berikan perawatan psikologis dan sosialisasi lingkungan dan juga terapi ringan, seperti kita latih jalan sehat pada setiap pagi," kata Project Implementing Program KPA Balikpapan, Sugiarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com