Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wortel Super Kaya Kalsium

Kompas.com - 16/01/2008, 12:18 WIB

WASHINGTON, RABU - Dengan rekayasa genetika, wortel kelak tidak hanya dikenal sebagai ikonnya sumber vitamin A, mungkin juga menjadis umber kalsium. Para ilmuwan di AS telah membudidayakan wortel yang mengandung kadar kalsium tinggi.

Seseorang yang makan wortel super ini akan memperoleh kalsium 41 persen lebih banyak daripada wortel biasa. Para ilmuwan tersebut berharap konsumsi wortel secara teratur akan mencegah osteoporosis dan penyakit tulang sejenis.    
     
"Wortel ini tumbuh di lingkungan yang dipantau terus dan diatur dengan perlakukan khusus," ujar Profesor Kendal Hirschi, salah satu peneliti dari Sekolah Kedokteran Baylor di Texas, AS. Namun, untuk siap dan aman dikonsumsi publik masih perlu penelitian lebih lanjut.

Selama ini, asupan kalsium banyak ditemukan pada susu. Namun, tidak semua orang bisa minum susu karena alergi dan sebagian lainnya menolak karena kandungan lemaknya tinggi. Wortel yang lebih fleksibel diharapkan bisa menjadi alternatif.

Para ilmuwan merekayasa salah satu gen wortel agar kalsium lebih mudah diserap melalui membran-membaran selnya. Meskipun kadar kalsiumnya tidak sampai 1000 miligram, rekayasa serupa pada jenis tanaman lain mungkin dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh manusia.

Warna oranye

Bukan kali ini saja wortel direkayasa. Warna oranye pada wortel saat ini merupakan hasil budidaya yang dilakukan ilmuwan Belanda pada abad 17. Wortel yang aslinya berwarna ungu direkayasa agar menjadi warna oranye sesuai warna kebanggan Belanda.

Rekayasa genetika juga sudah dipakai untuk menghasilkan kentang yang lebih kering dan menyerap sedikit minyak saat digoreng sehingga lebih sehat dan renyah. Brokoli juga menjadi objek rekayasa agar menyimpan sulforaphane yang berkhasiat menggempur kanker.

"Banyak penolakan terhadap rekayasa genetika, namun secara bertahap kiata sudah bergerak dari bentuk 'makanan Frenkenstein' dan mulai menghargai manfaat kesehatan yang bisa dibawanya," ujar Profesor Susan Fairweather-Tait dari East Anglia mengomentari hasil-hasil rekayasa pada tanaman konsumsi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com