Gara-gara sikap tegas membebaskan rumahnya dari asap rokok, Lebaran lalu ia praktis tak mendapat kunjungan dari pamannya. Sang paman memilih tidak ke rumah sosiolog dan aktivis pendidikan itu daripada tak bisa merokok.
“Saya memang antirokok, bukan perokoknya. Sejauh ini hanya Acil Bimbo yang bisa membobol aturan itu. Pasalnya, saya tahu ia seniman dan sudah telanjur menjadi perokok,” ungkapnya, saat menjadi moderator di sebuah workshop tentang rokok beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut pria kelahiran Purwokerto, 15 Februari 1960 ini, pemerintah seharusnya lebih berani dalam melindungi dan menghargai siapa pun yang berani tidak merokok. Contohnya, memberikan insentif khusus bagi guru, tenaga kesehatan, atau siapa pun yang tidak merokok.
“Insentif itu bisa berupa tambahan uang bagi guru atau prioritas kenaikan pangkat dibandingkan mereka yang merokok. Saya juga bingung bagaimana seorang dokter jantung dengan seenaknya merokok atau guru merokok di depan murid-muridnya? Padahal, sudah seharusnya mereka menjadi panutan. Bagaimana ini?” tanyanya geram.
Siapa pun yang menjadi public figure, menurut aktivis Yayasan Nurani Dunia ini, harus menjaga sikap, termasuk dalam hal merokok. Ia menyarankan agar dibangun citra bahwa merokok itu tindakan bodoh, bukan sebaliknya.
“Di Amerika dan Eropa persepsi itu sudah terbangun. Saya yakin di Indonesia juga akan terjadi jika tekanan semua pihak mampu memarjinalkan rokok,” ungkapnya.
Pemilik nama lengkap Imam Budidarmawan Prasodjo ini juga sangat peduli dengan kesadaran setiap keluarga Indonesia untuk membuat rumahnya bebas dari asap rokok. “Jika semua orangtua membuat lingkungan yang nyaman bagi anaknya, tentu akan membantu mengurangi ruang gerak dan pengaruh iklan yang jelas-jelas membidik anak muda. Mungkin suatu saat nanti bukan hanya remaja dan anak-anak, kalau perlu balita pun jadi sasaran mereka,” paparnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.