Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidur Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Kompas.com - 11/02/2008, 17:23 WIB

JAKARTA, SENIN - Sejak memiliki momongan delapan bulan lalu, Dandi (28) sering datang terlambat ke kantor.  Ia terlihat stres dan nampak bingung setiap kali akan  pulang ke rumah. 

"Aku sebenarnya kasihan sama istri dan kangen sama si kecil, tapi sejak punya bayi istriku marah-marah terus karena kalau malam dia tidak bisa tidur. Si kecil masih bangun berkali-kali di malam hari, menangis, walaupun sudah disusui tapi tidak tidur juga. Kita semua jadi kurang tidur dan lelah. Kalau siang si kecil juga rewel dan tak mau tidur siang.  Bagaimana cara mengatasinya?" ungkap Dandi.  

Biasanya komentar yang didapat seringkali bersifat normatif. "Namanya juga bayi, wajar kalau rewel, bangun atau menangis tengah malam." Tapi tahukah Anda bahwa tidur yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang yang optimum pada bayi dan batita. Mengapa?

Saat bayi dan batita tidur aktivitas regenerasi sel-sel tubuh dan tumbuh kembang otak berlangsung pada puncaknya. Untuk mendapat tidur berkualitas,  bayi atau batita harus dapat melewati dua tahapan tidur, yaitu tidur dalam atau  fase tidur Non-Rapid Eye Movement (Non-REM) dan tidur aktif atau yang biasa disebut tidur REM.

Pada tahapan tidur tidur dalam (Non-REM), aktivitas otak regular masih terus berjalan. Umumnya pada fase ini pola pernapasan dan denyut jantung bayi teratur tanpa disertai mimpi. Fase Non-REM berperan penting dalam perbaikan sel-sel tubuh dan produksi hormon pertumbuhan yang maksimal sekitar 75%, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan batita.

Sedangkan pada tahapan tidur aktif (REM), biasanya ditandai dengan adanya gerakan bola mata yang sangat cepat, detak jantung dan pernapasan yang terus meningkat dan tidak stabil dengan sering kali disertai mimpi. Pada tahapan ini metabolisme otak berada pada tingkat paling tinggi sehingga berpengaruh pada restorasi atau pemulihan emosi dan kognitif bayi dan batita. 
 
Tahapan tidur REM dan Non-REM terjadi bergantian dan membentuk suatu siklus tidur. Proporsi tidur REM pada awal bayi baru lahir adalah sebanyak 50%, dan akan terus berkurang seiring pertambahan usia bayi, sehingga menjadi hanya 20% saja dari keseluruhan siklus tidur. Pada anak lebih besar didominasi dengan fase tidur Non-REM.

Pola tidur bayi/batita akan berubah sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi baru lahir biasanya akan tidur selama 16 hingga 20 jam dalam satu hari. Pada usia ini pola tidur tidak teratur. Jumlah jam tidur antara siang dan malam hampir sama porsinya, dan lebih dipengaruhi rasa lapar dan kenyang si bayi. 

Pada usia 2 bulan - 12 bulan, bayi pada umumnya tidur 9 sampai 12 jam pada malam hari, dengan tidur siang 1 sampai 4 kali sehari. Pada usia 12 bulan hingga 3 tahun, seorang anak biasanya tidur selama 12 hingga 13 jam seharinya, dengan rata-rata tidur siang satu kali saja dalam sehari pada usia 18 bulan. Pada usia di atas 4 tahun, seorang anak dapat tidak membutuhkan tidur siang lagi.

Tidur pagi dan siang (naps) berkaitan erat dengan lamanya atensi, quiet alert, dan cepatnya proses pembelajaran. Pada usia 3 tahun, anak  yang tidur siang akan memiliki kemampuan lebih adaptatif dan hal ini  penting untuk proses keberhasilan di sekolahnya.

Bayi atau batita dapat dikatakan cukup tidur jika jatuh tertidur dengan mudah di malam hari, terbangun dengan mudah di pagi hari, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai perkembangannya. Kualitas tidur pada bayi dan batita dapat dipengaruhi oleh banyak hal, baik dari dalam diri atau pun dari luar diri bayi dan batita itu sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com