Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuci Darah dan Cangkok Ginjal

Kompas.com - 18/05/2008, 11:17 WIB

KAKAK laki-laki saya berumur 46 tahun telah tiga tahun ini menjalani cangkok ginjal. Untunglah dia pegawai negeri sehingga pembiayaan pengobatan didukung asuransi kesehatan pegawai negeri.

Dia memang sudah lama diketahui menderita batu ginjal dan mengalami infeksi ginjal berkali-kali. Kemudian fungsi ginjalnya menurun secara progresif sehingga tiga tahun lalu dokter memutuskan harus cuci darah. Dia masih mencoba ke kantor semampunya dan juga mulai menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Meski dengan keterbatasan kesehatan, dia mampu melaksanakan tugas utamanya di kantor.

Belakangan ini dia mulai mengalami depresi setelah beberapa orang pasien cuci darah yang dia kenal meninggal dunia. Dia mulai merasa dia juga akan meninggal dalam waktu tak terlalu lama. Saya mencoba menanyakan kepada dokter yang merawat beliau, ternyata keadaan kesehatan kakak saya masih stabil. Ini sesuai dengan kemampuan fisiknya yang kami lihat sebagai orang awam.

Saya mencoba mengerti perasaan kakak saya. Tentu tidak menyenangkan menjalani cuci darah. Dia harus teratur menjalaninya, diantar istrinya. Tak boleh terlambat karena jadwal penggunaan mesin cuci darah amat ketat. Jumlah orang yang memerlukan cuci darah rupanya jauh lebih banyak daripada mesin yang tersedia, apalagi bagi pasien cuci darah yang dibiayai asuransi kesehatan.

Karena sering bertemu, para pasien berkenalan, bersahabat dan bersimpati. Jika ada teman meninggal, mereka ikut sedih, seperti layaknya keluarga sendiri yang meninggal dan secara tidak langsung mengingatkan mereka mungkin tak lama lagi mereka juga akan mengalami hal serupa.

Saya membaca sebenarnya terapi gagal ginjal yang terbaik adalah cangkok ginjal. Kami pernah membicarakan hal ini di keluarga dan karena masih bujangan, saya bersedia menyumbangkan ginjal untuk kakak.

Saya mendapat informasi meski ginjal kita disumbangkan satu sehingga kita hanya hidup dengan satu ginjal, tetapi kualitas hidup kita akan tetap baik. Niat tersebut saya sampaikan kepada kakak saya dan dia ternyata juga amat antusias.

Setelah mendapat informasi lebih banyak dari dokter yang merawat kakak saya ternyata ada beberapa kendala. Salah satunya biaya. Ternyata asuransi kesehatan belum dapat membiayai cangkok ginjal.

Pertanyaan saya, kenapa asuransi kesehatan belum bersedia membiayai cangkok ginjal di Indonesia? Apakah di negara lain juga begitu? Bagaimana dengan kemampuan rumah sakit Indonesia dalam melaksanakan cangkok ginjal? Apakah mungkin dalam waktu dekat terapi cangkok ginjal lebih memasyarakat dan terjangkau? Terima kasih atas penjelasan Dokter. Apa penyebab gagal ginjal dan bagaimana mencegah agar kita tak sampai mengalami gagal ginjal?

M di J

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com