Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asap Dupa Sebabkan Kanker

Kompas.com - 26/08/2008, 12:54 WIB

BILA Anda tinggal di lingkungan yang terpapar asap pembakaran dupa atau kemenyan sebaiknya waspada. Bisa jadi Anda adalah kalangan yang berisiko tinggi mengalami penyakit kanker. 

Hasil sebuah riset di Singapura belum lama ini mengindikasikan, orang yang terpapar asap dupa atau kemenyan dalam waktu lama berisiko lebih tinggi mengidap penyakit kanker seperti kanker mulut, lidah dan kanker paru-paru. Bahkan, risiko ini tetap tinggi meski mereka bukan seorang perokok.

Menurut penelitian, paparan terhadap asap dupa dalam waktu lama dapat memperbesar risiko mengalami jenis-jenis kanker yang menyerang alat pernafasan bagian atas serta kanker paru-paru squamous. Jenis kanker paru-paru squamous  merupakan kanker yang banyak ditemukan pada perokok.

Menurut pimpinan riset Jeppe T. Friborg, MD, PhD, dari Statens Serum Institut Kopenhagen, tingginya risiko pada perokok atau non-perokok mengindikasikan bahwa paparan asap dupa merupakan faktor risiko independen untuk kanker-kanker organ pernafasan.

Digunakan sejak beribu-ribu tahun lalu, dupa merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Asia dan India. Di Amerika dan Eropa, dupa juga banyak di bakar untuk keperluan sehari-hari.

Beragam tanaman dan minyak digunakan sebagai bahan pembuat dupa. Ketika dibakar, bahan campuran ini terbukti menghasilkan zat yang menyebabkan kanker (karsinogen) yang juga ditemukan pada asap tembakau. Karenanya, banyak penelitian yang telah menguji  hubungan antara asap dupa yang terhirup ke paru-paru dengan kanker.  Namun riset tersebut belum menemukan kesimpulan final.

Penelitian terbaru  yang dipublikasikan Jurnal Cancer ini merupakan riset pertama yanga memantau  orang sehat dalam waktu yang lama sebagai upaya dalam memahami pengaruh  paparan asap dupa terhadap risiko kanker

Lebih dari 60.000 keturunan China yang tinggal di Singapura dilibatkan dalam penelitian ini.  Mereka dipantau selama beberapa tahun dan tak satu pun yang mengidap kanker.  Para peneliti melakukan  wawancara secara detil mengenai kebiasaan diet dan gaya hidup, termasuk penggunaan dupa.

Peneliti mencatat sekitar tiga perempat partisipan (wanita dan pria) dilaporkan adalah pengguna aktif dupa. Selama proses penelitian, ditemukan 325 kasus kanker organ pernafasan bagian atas dan 821  kanker paru-paru. Paparan dalam waktu yang lama dan sering terhadap pembakaran dupa berhubungan dengan peningkatan risiko signifikan dari  squamous cell cancers pada organ pernafasan bagian atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com