Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Pinggang Bisa Berujung Kelumpuhan

Kompas.com - 28/08/2008, 14:51 WIB

Sukoharjo, Kompas - Keluhan nyeri pinggang hendaknya jangan disepelekan karena bisa berakibat fatal, yakni kelumpuhan. Nyeri pinggang yang dibiarkan bisa menyebabkan sistem yang lain terganggu.

Hal ini diungkapkan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (Perdosri) dr Peni Kusumastuti SpRM seusai Seminar Sehari Penatalaksanaan Terkini Problematika Otot, Sendi, dan Tulang pada Lansia yang diselenggarakan Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta, Rabu (27/8).

Narasumber lainnya adalah dr Komang Kusumawati SpRM MPd, dr Ismail Maryanto SpOT, dan dr Siswani SpRM. Ketiganya dari RSO Ortopedi Prof Dr R Soeharso.

"Penting untuk tidak menyepelekan nyeri pinggang dan agar cepat ditangani sehingga tidak mengganggu sistem yang lain. Kemungkinan terburuk bisa mengalami kelumpuhan. Satu atau dua hari nyeri pinggang belum sembuh diobati dengan apa pun, segeralah periksakan ke dokter," kata Peni.

Nyeri pinggang yang patut diwaspadai, menurut Peni, adalah yang sudah menjalar sampai ke tungkai dan melibatkan syaraf. "Kalangan awam mengatakan kondisi ini sebagai saraf kejepit," lanjut Peni.

Nyeri pinggang disebabkan oleh berbagai hal. Mengutip data dari Kelompok Studi Nyeri Pinggang Indonesia tahun 2004, nyeri pinggang disebabkan oleh proses degenerasi diskus (piringan sendi) dan sendi facet atau sendi di antara ruas tulang belakang (10 persen), fraktur/patah tulang akibat osteoporosis (4 persen), stenosis spinal atau tekanan pada akar syaraf dan tulang belakang (3 persen), spondylolisthesis atau pergeseran tulang (2 persen), keganasan (7 persen), dan infeksi (0,01 persen).

Ismail Mariyanto menjelaskan, nyeri pinggang merupakan satu masalah orang lanjut usia. (eki)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com