Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putus Asa Menjalani Terapi Kanker

Kompas.com - 28/09/2008, 11:40 WIB

Rubrik Konsultasi Kesehatan asuhan Prof Dr Samsuridjal Djauzi di surat kabar KOMPAS edisi Minggu:

Semula saya hanya merasakan demam yang hilang timbul. Saya menduga demam tersebut karena flu dan kelelahan. Tetapi, saya mulai khawatir karena timbul benjolan di leher dan ketiak.

Saya berkonsultasi ke dokter dan benjolan tersebut dinyatakan sebagai pembengkakan kelenjar. Dokter belum dapat menentukan penyebabnya, mungkin infeksi, tetapi juga mungkin kanker kelenjar getah bening.

Tentu saya amat khawatir sekiranya mengidap kanker, tetapi saya berusaha tabah dan sabar.

Saya harus menjalani sejumlah pemeriksaan, mulai dari pengambilan jaringan dari kelenjar, rontgen dada, CT scan, sampai pemeriksaan laboratorium yang menelan biaya mahal. Kemudian saya harus menunggu cukup lama, termasuk menunggu hasil pemeriksaan biopsi.

Setiap malam saya sukar tidur membayangkan hasil pemeriksaan, apakah menderita kanker atau tidak. Akhirnya keputusan datang juga. Saya ternyata menderita kanker ganas yang stadiumnya cukup lanjut. Saya benar-benar terpukul dengan diagnosis tersebut. Namun, saya mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjalani terapi, baik dari aspek fisik, mental, maupun finansial.

Saya kemudian menjual rumah karena saya hanya pengusaha kecil yang tak mempunyai asuransi. Urusan bisnis saya serahkan adik dan saya berkonsentrasi menjalani terapi pengobatan kanker.

Saya semula kemoterapi, lebih ringan daripada operasi atau radioterapi, tetapi penderitaan yang saya jalani membuat saya putus asa. Setiap pemberian terapi tubuh saya bereaksi, darah putih turun tajam sehingga harus dirawat di kamar steril. Biaya untuk kamar steril, antibiotik, dan obat peningkat sel darah putih semula tak saya perhitungkan. Harganya ternyata amat mahal untuk pengusaha kecil seperti saya. Acapkali saya mengalami demam dan pucat. Saya akhirnya pasrah dan dapat menjalani siklus terakhir kemoterapi sebulan lalu.

Secara jujur saya mengakui sebenarnya dalam menjalani terapi tersebut saya sudah putus asa. Saya putus asa karena efek samping obat kemoterapi dan biaya obat kemoterapi serta biaya obat penunjang lain yang amat mahal. Syukurlah semua telah berlalu. Saya hanya berharap hasil kemoterapi yang baik ini akan dapat menetap dan berdoa agar saya tak mengalami kekambuhan.

Pertanyaan saya, apakah memang pengobatan kemoterapi efek sampingnya dapat seperti yang saya alami?

Apa upaya kalangan profesi kedokteran untuk menurunkan biaya terapi kanker khususnya kemoterapi? Terima kasih atas jawaban Dokter.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com