Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meretas Jalan Memberantas Anemia

Kompas.com - 10/10/2008, 03:00 WIB

Jadi, keadaan cacingan dan anemia merupakan indikasi kemungkinan gizi kurang sehingga menghambat tumbuh kembang anak. ”Anemia berdampak pada menurunnya daya tangkap dan konsentrasi yang akan berpengaruh pada prestasi belajar anak,” kata dr Djajadiman Gatot dari Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Data yang ada menunjukkan, penderita anemia defisiensi besi di kalangan anak-anak tergolong tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, jumlah penderita anemia pada anak usia 5-11 tahun mencapai 24 persen. Hal ini juga terlihat dari hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan Yayasan Kusuma Buana (YKB) terhadap para siswa di tiga SD di Pulau Kelapa, Panggang, dan Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta, yang menunjukkan 27,1 persen siswa kelas I SD menderita anemia.

Sementara itu, sebanyak 38,3 persen dari anak SD bertubuh kurus dan 31 persen anak SD bertubuh pendek yang merupakan salah satu pertanda gizi kurang. Menurut Direktur Pelayanan Kesehatan YKB, jika ada sebagian anak di Kepulauan Seribu yang punya kadar Hb cukup tetapi kurang gizi, hal itu berarti mereka mendapat asupan makanan berprotein cukup tinggi yang bisa diperoleh dari ikan, tetapi asupan makanan yang dikonsumsi dan kecukupan gizi di luar protein kurang.

Keterkaitan antara tingginya angka kasus anemia, cacingan, dengan daya tangkap seorang anak dapat terlihat dari rendahnya tingkat kelulusan dalam ujian nasional para siswa di Kepulauan Seribu. Selain disebabkan rendahnya mutu pendidikan, tingginya angka ketidaklulusan ujian nasional di kabupaten itu juga dipengaruhi konsentrasi dan daya tangkap para siswa.

”Kondisi cacingan, anemia, dan gizi kurang pada anak usia sekolah di Kepulauan Seribu memprihatinkan. Ini berdampak buruk pada kemampuan belajar dan kualitas hidup generasi mendatang di Kepulauan Seribu. Kondisi ini terkait perilaku hidup bersih dan sehat, mutu sanitasi, dan lingkungan,” kata Direktur Eksekutif YKB Firman Lubis. Oleh karena itu perlu ada intervensi kesehatan dan pendidikan yang berkelanjutan.

Intervensi berhasil

Untuk menurunkan angka anemia di kalangan anak balita, ibu anak balita, ibu hamil dan menyusui, kader posyandu serta siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah umum, pada tahap awal YKB melakukan inter- vensi di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Nantinya, upaya penanggulangan anemia juga akan dilakukan di pulau-pulau lain di kawasan Kepulauan Seribu.

Setelah melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui anemia, YKB bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia, Perhimpunan Perusahaan Farmasi Internasional, dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu akan memberi suplemen besi bagi mereka yang mempunyai kadar Hb di bawah normal. Pemberian itu dilakukan dua kali seminggu selama 12 pekan sesuai panduan Departemen Kesehatan.

Program makan bersama di sekolah dengan menu bergizi seimbang juga dilakukan agar kecukupan gizi para siswa terpenuhi dan terjadi proses pembelajaran kepada orangtua dan interaksi antara guru dengan orangtua.

Program serupa pernah dilakukan kepada 5.736 siswa SD di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Dengan intervensi pemberian pil zat besi, penderita anemia dan gizi buruk dari total siswa yang semula 35 persen menderita anemia turun menjadi tinggal 15,4 persen.

Di Kepulauan Seribu, YKB juga berhasil menurunkan prevalensi cacingan di kalangan siswa SD dalam kurun waktu sembilan tahun. Setelah melaksanakan pemberian obat cacing dan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat bagi para siswa dan orangtua mereka, prevalensi cacingan pada siswa SD di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka berhasil diturunkan secara drastis. Jika pada tahun 1997 prevalensinya mencapai 82,7 persen, pada tahun 2006 prevalensi cacingan hanya 19,4 persen.

Hal ini diharapkan juga diikuti keberhasilan dalam penurunan angka anemia di Kepulauan Seribu. Tentunya hal tersebut hanya bisa dicapai apabila pemerintah daerah setempat memiliki komitmen kuat dalam mengatasi masalah cacingan, anemia, dan gizi kurang yang terkait dengan kualitas generasi mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com