Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Cegah Osteoporosis Sejak Dini

Kompas.com - 30/10/2008, 16:28 WIB
Editor

PENYAKIT keropos tulang atau osteoporosis adalah penyakit yang harus dicegah dan diwaspadai sejak dini.  Tingkat risiko penyakit ini di Indonesia cukup tinggi dan akan menjadi salah satu isu utama yang tak kalah pentingnya ketimbang penyakit menular.

"Di masa depan, penyakit tidak menular akan lebih menjadi isu utama. Masyarakat nantinya akan menghadapi masalah penyakit salah satunya adalah osteoporosis," ungkap  Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TM) Departemen Kesehatan RI, DR, dr, Yusharmen, pada acara Media Workshop Peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2008, di  Jakarta, Kamis (30/10).

Yusharmen menambahkan kewaspadaan terhadap osteoporosis sejak dini harus ditingkatkan mengingat prevalensi atau angka kejadiannya di Indonesia cukup tinggi. 

Menurut data "Indonesian White Paper" yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI),  prevalensi osteoporosis pada 2007 mencapai 28,8 persen untuk pria dan 32,3 persen untuk wanita.  Angka ini juga didukung hasil analisis data risiko osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasi 2006 lalu bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko mengalami osteoporosis.

Fakta-fakta  tersebut, kata Yusharmen, menunjukkan bahwa tingkat risiko osteoporosis di Indonesia cukup tinggi dan selayaknya menjadi perhatian. Melalui hari Osteoporosis  Nasional tahun 2008 yang tahun ini mengambil tema "Berdiri Tegak Bicara Lantang" Kalahkan Osteoporosis, Depkes menyerukan agar pencegahan osteoporosis harus menjadi  perhatian sedini mungkin.

 "Masyarakat dapat melakukan upaya pecegahan dengan rajin mengonsumsi makanan berkalsium tinggi seperti susu," ujarnya.

Tanpa gejala
Sementara itu Ketua Perkumpulan Osteoporosis Indonesia (Perosi), Prof Ichramsjah Rachman, mengingatkan bahwa osteoporosis adalah penyakit tanpa gejala atau silent disease. Kurang dari 25 persen pasien pengidap osteoporosis dapat diidentifikasi setelah terjadi patah tulang, di mana hal ini merupakan fenomena gunung es atau artinya jumlah penderita sebenarnya mungkin akan jauh lebih banyak.

Masalah lain yang patut menjadi perhatian adalah nyeri pada patah tulang akibat osteoporosis mengakibatkan menurunnya kualitas hidup dan meningkatkan ketergantungan kepada orang lain. Dari segi ekonomi, terapi dan rehabilitasi pasien patah tulang akibat osteoporosis juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+