Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dr Eka Disegani Setelah Operasi Si Yatim Piatu

Kompas.com - 02/11/2008, 07:51 WIB

NYONYA Jumiati bukanlah satu-satunya pasien tak mampu yang menjalani bedah otak cuma- cuma di RS Siloam, Karawaci. Jauh hari sebelum menyelamatkan ibu tiga anak itu dari bahaya kanker di otak, tim dokter yang dipimpin dr Eka Julianta Wahjoepramono, kepala Neuro Science Center RS Siloam, pun telah menolong Ardiansyah, pemuda yatim piatu asal Cilegon, Banten.

Sewaktu datang, Ardiansyah dalam kondisi kritis. Dia terancam lumpuh, buta, dan napasnya putus. Penyakitnya bukan penyakit biasa, melainkan masih sangat langka yakni tumor bersarang di batang otak.

Ardiansyah datang bersama kakaknya. Mereka cuma dua bersaudara, yatim piatu dan keluarga miskin. Menghadapi kenyataan pasien pasti tak mampu membayar pengobatan, sedangkan penyakitnya pada stadium gawat dan sulit ditangani, dr Eka tetap optimistis pasien dapat disembuhkan.

"Lalu saya ngomong ke pasien secara terus terang belum pernah melakukan operasi pada batang otak, apalagi mengangkat tumor dari dalamnya. Tapi kita tidak ada opsi lain. Lalu kakaknya menyerahkan, dan menyetujui operasi. Silakan dok, wong kami tidak punya uang. Kalau ternyata dokter nanti mau, kami punya gubuk satu, itu nanti bisa kami jual," kata dokter Eka menirukan penuturan pasrah keluarga si pasien. Jalan keluarnya, dr Eka meminta bantuan pendanaan pada pendiri Grup Lippo, juga bos RS Siloam, Mochtar Riyadi.

Begitu pasien dan keluarga menyetujui operasi, pembedahan tidak serta merta dilakukan. Dokter Eka terlebih dahulu membuka buku-buku referensi tentang bedah batang otak, dan konsultasi dengan dokter di Amerika.

Tumor di batang otak Ardiansyah seratus persen diangkat. "Saya sendiri baru sadar, operasi semacam itu adalah operasi yang sangat langka di Indonesia maupun di dunia," kata dr Eka, ayah tiga anak.

Untuk kasus langka semacam ini, lazimnya direkam dalam video. Sebelum operasi, selama berlangsungnya operasi hingga pascaoperasi didokumentasikan. Kemudian dalam banyak forum internasional, hasil operasi itu saya presentasikan, dan sambutannya luar biasa. Mereka salut dan mengatakan, luar biasa. bahkan dokter dari Amerika mengundang untuk penjelasan lebih lanjut.

"Hikmahnya, kami berani mengoperasi batang otak. Sebab sebelumnya dari barang keramat yang tak boleh disentuh, menjadi hal biasa. Setelah operasi Ardiansyah. Kami menangani 13 kasus yang mirip di kemudian hari dan semua selamat," urai dr Eka, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.

Lima belas tahun lalu, dr Eka masih mengenang ketika bertemu dokter-dokter Singapura, mereka selalu meremehkan. Mencemooh dokter asal Indonesia yang dianggap hanya bisa mengoperasi kecil pada korban kecelakaan lalu-lintas. Saat itu semua orang berduit penderita tumor otak, 99 persen pasti berobat minimal ke Singapura.

Dokter yang sama, belakangan jadi sewot, karena pasien dari Indonesia sudah jarang pergi ke Singapura. "Sekarang untuk bedah otak, kita malah sudah jauh daripada keahlian dokter-dokter Singapura," ujar dr Eka yang menjabat President Asian Ocean Skull Base Society.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com