Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Jamur Melinjo Berbahaya!

Kompas.com - 11/11/2008, 08:44 WIB

PURWAKARTA, SELASA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta meminta warga yang gemar olahan jamur agar waspada saat mengonsumsi jamur tangkil (jamur melinjo). Sebab, jamur jenis ini sudah kerapkali menyebabkan keracunan.
   
Data dari Dinkes Kabupaten Purwakarta menyebutkan, angka korban keracunan akibat pola masyarakat pedesaan yang mengonsumsi jamur tangkil itu cukup tinggi tiap musim penghujan tiba.

Apalagi saat ini masih berkembang pemahaman di sebagian warga Purwakarta bahwa jamur tangkil yang beracun adalah hanya jamur yang tumbuh di bawah pohon melinjo saja. Sementara memakan jamur tangkil yang tumbuh jauh dari pohon melinjo dianggap aman.
   
”Tentu pemahaman seperti itu harus dibuktikan melalui uji laboratorium. Maka alangkah baiknya jika masyarakat lebih waspada, atau malah kalau bisa menghindari untuk mengonsumsi jamur tangkil itu,” tutur Agung Darwis Suriaatmadja, Senin (10/11).
   
Kasi Penanggulangan Penyakit, Dinkes Kabupaten Purwakarta itu mengatakan, uji laboratorium menunjukkan, sebagian besar jamur tangkil penyebab keracunan itu memiliki kadar nitrat yang melebihi ambang batas. Gejala klinis penderita keracunan itu biasanya adalah muncul rasa mual disusul muntah-muntah. Tak jarang rasa pening serta pusing kepala segera menyergap. Penderita juga kerapkali harus buang air besar.
   
Namun Agung tak merinci hasil uji laboratorium tersebut. Dia hanya menyebutkan angka kejadian keracunan akibat konsumsi jamur tangkil naik dalam dua tahun terakhir. Di tahun 2006 misalnya, terdapat dua kasus keracunan akibat jamur tangkil. Keduanya terjadi di wilayah Kecamatan Sukatani, yaitu di Desa Tajursindang dan Panyindangan.
   
Setahun berikutnya, jumlah kasus keracunan akibat mengonsumsi jamur tangkil menjadi tiga kasus, yaitu dua kasus di Kecamatan Sukatani dan satu kasus lainnya di Desa Citeko, Kecamatan Plered. Seorang anak berusia dua tahun, tercatat sebagai korban tewas akibat keracunan itu.
   
”Satu kasus keracunan biasanya memakan korban 12-18 orang. Karena biasanya warga memasak jamur ini dalam jumlah banyak dan mereka membagi-bagikannya kepada kerabat atau tetangga terdekat,” kata Agung.
   
Menurut dia, secara umum kasus keracunan bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu bahan mentah makanannya yang mengandung racun serta cara pengolahan dan penyimpanan hasil olahannya yang tak higienis, sehingga berpotensi menimbulkan racun.

Namun khusus keracunan jamur tangkil ini, kata Agung, biasanya memang bersumber dari bahan mentahnya. Jamur berwarna putih itu biasanya tumbuh subur di tanah tak jauh dari pohon melinjo saat musim penghujan.

Keong sawah
   
Selain jamur tangkil, warga juga diminta menghindari untuk mengonsumsi keong sawah. Keong yang biasanya banyak bermunculan saat musim penghujan ini, kerapkali masih menjadi bahan santapan warga.
   
Di tahun 2007 lalu, satu kasus keracunan akibat konsumsi keong sawah menimpa warga Desa Cigintung, Kecamatan Wanayasa. ”Saat itu korban membeli keong di wilayah Bungursari dan dibawa pulang ke Wanayasa untuk diolah jadi masakan. Bisa jadi keong itu masih mengandung bahan pestisida berbahaya,” ujar Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com