Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Tahun, Industri Jamu Tumbuh Sembilan Persen

Kompas.com - 20/11/2008, 17:43 WIB

JAKARTA, KAMIS - Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, Charles Saerang mengatakan, industri pariwisata berbasis jamu menunjukan kinerja sangat baik dengan pertumbuhan mencapai sembilan persen per tahun.
     
"Bahkan beberapa usaha spa berbasis jamu dan ramuan tradisional tumbuh pesat dengan laju pertumbuhan mencapai 14 persen per tahun," kata Charles di Jakarta, Kamis (20/11).
     
Ia mengatakan, nilai ekonomi jamu pada akhir tahun 2008 akan menembus angka Rp7,2 triliun, termasuk pada produk kosmetik, makanan, dan minuman suplemen. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2007 yang nilainya hanya mencapai Rp3triliun.
     
Pada 2010, kata dia, penjualan jamu ditargetkan mencapai Rp10 triliun. Jumlah tersebut termasuk penjualan di pasar ekspor yang merambah ke 20 negara, termasuk negara-negara yang sangat ketat menerapkan standar kualitas seperti Jepang dan Eropa.
     
"Saya optimistis target itu dapat tercapai mengingat angka penjualan produk jamu tradisonal setiap tahunnya terus mengalami peningkatan signifikan," ujarnya.
   
Charles berpendapat, untuk membuat jamu sebagai merek Indonesia yang dapat dikenal luas di pasar intemasional dibutuhkan dukungan pemerintah, terutama untuk membuka pasar luar negeri. "Sekarang pemerintah dan industri sepakat membuat jamu sebagai merek Indonesia. Kini yang terpenting tindak lanjutnya, yaitu dukungan pemerintah dalam membuka pasar luar negeri secara lebih luas," ujar Charles.
     
Bantuan pemerintah dalam mencari pasar dapat dilakukan dengan melibatkan para atase perdagangan yang ada di setiap kedutaan besar RI. Keterlibatan pemerintah dalam mengembangkan pasar jamu dan obat tradisional sudah dilakukan oleh China. Langkah China terbukti berhasil saat menembus pasar Amerika Serikat.
      
"Selama ini, untuk membuka pasar baru, kami melakukan sendiri. Itu bisa, tetapi hasilnya lambat. Tidak secepat jika pemerintah membantu," ujar Charles.
   
Omzet industri jamu dunia saat ini mencapai 25 miliar dollar AS per tahun, dengan 7,2 miliar dollar AS di antaranya berada di kawasan Asia. 
   
Untuk kawasan Asia, Korea merupakan produsen terbesar dengan omzet 400 juta dollar AS, sementara omzet Thailand 200 juta dollar AS.
    
"Thailand tergolong baru di industri ini. Namun, mereka memiliki potensi mengejar Indonesia karena di negara ini industri jamunya mendapatkan dukungan penuh, yakni mulai dari insentif pajak, pengadaan lahan, hingga kredit murah bagi usaha kecilnya," tutur Charles.
     
Di Indonesia kini terdapat 1.270 perusahaan jamu. Sebanyak 90 persen di antaranya usaha kecil dan menengah.
     
Charles menegaskan, untuk memantapkan merek jamu Indonesia pemerintah perlu membantu perluasan pasar luar negeri, memperbanyak lahan untuk menanam bahan baku, dan mempertinggi frekuensi seminar serta penelitian.
    
"Pengembangan penelitian terhadap tanaman obat unggulan dapat meningkatkan nilai ekonomi juga dapat memberikan nilai tambah bagi petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup," ujarnya
      
Saat ini, lanjut dia, pusat studi dan kajian jamu, obat tradisional juga telah berkembang di berbagai perguruan tinggi terkemuka, seperti ITB, UI, UGM, Unair dan Andalas.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com