Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Gemuk Akibat Gen

Kompas.com - 17/12/2008, 18:48 WIB

BEIJING, RABU — Beberapa ilmuwan sampai pada satu alasan mengapa sebagian orang memilih kentang goreng dan bukan apel. Itu berpangkal pada gen yang telah dikaitkan dengan risiko lebih besar mengenai kegemukan.
    
Penelitian terhadap anak-anak yang disiarkan dalam New England Journal of Medicine, Kamis, mendapati bahwa mereka yang memiliki variasi umum gen cenderung mengonsumsi makanan berkalori tinggi dalam jumlah cukup banyak.
    
"Mereka mengonsumsi tambahan 100 kalori per porsi makanan, yang pada jangka panjang dapat menambah berat badan," kata Colin Palmer, Pemimpin Studi di University of Dundee di Skotlandia.

Temuan tersebut tidak berarti setiap orang dengan versi gen itu akan makan terlalu banyak dan menjadi kegemukan. Demikian diucapkannya. Mereka hanya mungkin memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan pembuat gemuk dalam jumlah lebih banyak.

"Itu tetap menjadi pilihan Anda," katanya, "Gen ini takkan membuat kegemukan jika Anda tak makan berlebihan."  
    
Palmer mengatakan, hasil tersebut mendukung teori bahwa kegemukan pada anak-anak terkait dengan tersedia dan murahnya makanan berkalori tinggi.
 
Tahun lalu, banyak ilmuwan menemukan gen tersebut, yang diberi nama FTO, berhubungan dengan kegemukan, tetapi mereka tak tahu mengapa. Kebanyakan gen lain yang diduga memengaruhi berat badan memengaruhi selera makan.

Palmer dan rekannya ingin mengetahui apakah gen FTO juga memiliki hubungan dengan kebiasaan makan, atau apakah itu melibatkan cara tubuh membakar kalori. Mereka mengkaji lebih dari 2.700 anak Skotlandia yang berusia empat sampai 10 tahun dan menempatkan satu kelompok mereka untuk menjalani pemeriksaan secara luas.

Hampir dua pertiga anak tersebut memiliki minimal satu salinan varian gen, lebih kurang dengan ukuran yang sama dengan yang ditemukan dalam studi tahun lalu mengenai kebanyakan orang kulit putih Eropa.  

Studi itu mendapati bahwa mereka dengan satu salinan varian gen tersebut memiliki peningkatan risiko kegemukan sebesar 30 persen, dan pembawa dua salinan memiliki peningkatan risiko hampir 70 persen.
    
Variasi gen itu juga ditemukan pada penduduk lain. Setelah mengonfirmasi hubungan kegemukan pada kelompok Skotlandia yang lebih banyak, para peneliti tersebut mengkaji 97 anak. Mereka melakukan sejumlah pengukuran, termasuk lemak tubuh dan angka metabolis.
    
Anak-anak itu diberi tiga kali makan di sekolah guna menilai perilaku makan mereka. Makanan tersebut meliputi campuran buah dan sayur, daging babi, keju, keripik kentang, permen coklat, dan roti gulung.

Para peneliti itu mendapati anak-anak dengan variasi gen tersebut tidak memperlihatkan perbedaan dalam tingkat metabolisme, tingkat kegiatan fisik atau jumlah makanan yang disantap.
    
"Satu-satunya yang dapat kami temukan ialah kenyataan bahwa mereka makan kebanyakan makanan yang lebih kaya," kata Palmer.
    
Rata-rata, anak dengan varian gen itu mengonsumsi 100 kalori lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya.
    
Dr Rudolph Leibel, seorang yang meneliti mengenai kegemukan di Columbia University di New York, mengatakan, sulit untuk memperoleh ukuran mengenai berapa banyak seseorang makan, tetapi studi Skotlandia itu melakukannya dengan cara yang dipantau ketat.

Ia mengatakan, kelebihan makan mungkin disebabkan oleh lebih dari sekadar kebutuhan atas kalori dibandingkan dengan pilihan makanan berlemak. Lemak adalah cara yang bagus untuk memperoleh tambahan kalori.

"Gigitan-demi-gigitan, ada lebih banyak kalori di dalam satu Big Mac dibandingkan dengan yang terdapat di dalam satu apel," kata Leibel, yang menulis tajuk yang menyertai studi tersebut di dalam jurnal itu.

Kegiatan fisik
Satu studi baru-baru ini di Amish menunjukkan bahwa dampak varian tersebut dapat ditanggulangi dengan beberapa jam kegiatan fisik. Penulis utama studi itu, Evadnie Rampersaud dari University of Miami, menyatakan, hampir 76 anak Skotlandia menghabiskan semua tiga percobaan makanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com