Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Melamin Merusak Ginjal!

Kompas.com - 04/03/2009, 16:43 WIB

JAKARTA, RABU - 10 Makanan yang dinyatakan mengandung melamin ditemukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia masih beredar di Jakarta, Rabu (4/3). Sebenarnya seberapa bahaya jika produk ini kita konsumsi?

"Jika kita mengkonsumsi makanan yang mengandung melamin, kita berisiko terkena sakit ginjal," kata Direktur Laboratorium Afiliasi Universitas Indonesia Sunardi.

Kata Sunardi, melamin bersifat residu, sehingga tidak bisa ikut keluar bersama pengeluaran manusia. Justru zat ini akan mengendap di ginjal, membentuk batu ginjal dan pada akhirnya menyumbat saluran kecil di ginjal. Akibatnya berhentinya produksi urin dan gagal ginjal.

Menurut Sunardi melamin bukan bahan campuran makanan. Melamin yang dipermasalahkan ini adalah senyawa organik bersifat basa dengan rumus C3H6N6. Umumnya, zat ini merupakan bahan dasar untuk membuat peralatan rumah tangga, jika sudah berbentuk polimer digunakan untuk pelapis kayu dan bahan dasar cat.

Kenapa bisa dicampur dengan susu? Produsen susu, kata Sunardi, menginginkan produknya berkulitas tinggi dengan biaya rendah. Untuk itu, mereka mencampur susu dengan air. Namun, cara ini membuat kadar protein dalam susu menjadi rendah. Produsen susu mengakali rendahnya protein dengan menambahkan melamin.

Melamin menjadi pilihan karena mengandung 66% Nitrogen, zat penyusun protein. Karena badan pengawas makanan biasanya meneliti produk berbahan baku susu dengan mengecek kandungan proteinnya maka mereka bisa tertipu. Karena, kandungan proteinnya ada dan tinggi, padahal itu dari melamin yang ditambahkan.

Sunardi mengakui dampak melamin ini tidak dirasakan dalam jangka waktu pendek. Tetapi, tetap saja ini tidak bisa dibenarkan dan berbahaya.

"Penggunaannya bukan untuk makanan. Ini sengaja ditambahkan, bukan timbul dari reaksi pencampuran zat. Ini pemalsuan," kata Sunardi. Maka, hatilah-hatilah jika Anda salah satu dari penggemar susu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com