Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bervegetarian Menuju "Go Green"

Kompas.com - 06/03/2009, 20:02 WIB

YOGYAKARTA, KAMIS — Gerakan go green, kembali ke alam, kembali ke natural, belum tampak hasilnya. Itu terjadi karena manusia memanfaatkan sesuatu, serta memasukkan makanan apa saja ke perut, tanpa berpikir apakah itu perlu, bagaimana proses, dan apa dampaknya di masa depan.

Kerusakan lingkungan dan rendahnya derajat kesehatan manusia, tak bisa dimungkiri akibat ulah sendiri. Demikian salah satu inti pembicaraan talkshow Go Green for Healthy Life, di Universitas Atma Jaya, Jumat (5/3).

Acara itu menghadirkan tiga pembicara, yakni Innugroho Budisantosa (pengurus Kampus Ministry Universitas Sanata Dharma), Prasasto Satwiko (guru besar Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta), dan Boy Rahardjo Sidharta (pengajar Teknobiologi UAJY).

Manusia sekarang, ibaratnya sosok bermulut lebar dan perutnya berkantong-kantong. Semua, bahkan makanan yang tidak perlu pun, dimakan. Inginnya memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan, daerah-daerah hijau pepohonan malah dipangkas sehingga daerah resapan air berkurang. "Manusia seperti berwajah ganda, ya memperbaiki dan mencoba meningkatkan kualitas hidup tapi juga merusak," ujar Innugroho.

Serentetan hal seperti pemanasan global, kepunahan satwa, dan mundurnya kualitas lingkungan, membuat banyak pihak sekarang gencar menyuarakan untuk go green, kembali ke natural, ke organik, dan semua yang berbasis alam. Namun, sejatinya belum banyak gerakan riil yang dijalankan. Sebab, kerusakan alam tambah parah.

Prasasto menambahkan, banyak pihak sayangnya melihat sesuatu yang jauh ketimbang yang dekat kala memandang masalah lingkungan hidup dan mencari solusinya. Krisis lingkungan dan air bersih, misalnya, hanya dianggap sebagai krisis, bukan sebagai salah pengelolaan.

Sekitar 16.000 liter air bersih per tahun harus dihabiskan untuk membuat produksi daging bertambah satu kilogram. Dua pertiga lahan pertanian dipakai untuk pemenuhan pakan ternak. Sedangkan di belahan bumi lain, tejadi krisis air bersih dan kelaparan. "Coba kita merenungkan hal itu, apa hubungannya. Misalnya, dengan bervegetarian (tidak makan daging), bukankah kita menghemat air," ujar Prasasto.

Go green, gerakan menuju natural, lanjut dia, bisa dimulai ketika orang bervegetarian. Bukti bahwa daging adalah sumber aneka penyakit, sudah terpapar sangat jelas secara medis. Manusia bisa hidup tanpa daging, tetapi tak bisa hidup tanpa tumbuh-tumbuhan.

Prasasto, dalam kesempatan itu menampilkan film berisi penyembelihan hewan-hewan ternak dan perilaku manusia terhadap hewan. Juga penyakit-penyakit yang bersumber dari daging. Ada proses dan akibat yang sejatinya adalah fakta tetapi selalu tertutupi, di balik sepotong daging yang tersaji indah dan nikmat di piring.

Kerusakan lingkungan, menurut Boy, karena sifat serakah manusia yang tidak peduli alam. Hidup kita harus organik karena bumi, tempat tinggal kita sudah terancam dan rusak tiap hari. "Sehingga pertanyaannya, apakah kita benar-benar sadar dan mencari solusinya," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com