Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sepelekan Hipertensi

Kompas.com - 16/03/2009, 16:57 WIB

Bandung, Kompas - Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi pada awalnya sering kali belum terasa mengganggu. Namun, hipertensi tidak boleh disepelekan karena dampak lanjutannya berbahaya.

Demikian penekanan dalam Simposium Awam "Mengenal Hipertensi dengan Berbagai Aspeknya" yang digelar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Rumah Sakit Hasan Sadikin di Hotel Grand Preanger, Bandung, Sabtu (14/3).

Pembicara, Afiatin SpPD, mengatakan, pada tahap awal, tubuh akan beradaptasi. "Karena beradaptasi, mungkin tubuh terasa baik-baik saja. Namun, dalam tubuh sudah berlangsung proses perusakan organ," paparnya.

Jika tak segera ditangani, kondisi itu berakipat pada kerusakan organ tubuh. Penyakit yang erat hubungannya dengan hipertensi antara lain jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke.

"Penderita sering baru ke rumah sakit ketika organ tubuh sudah rusak. Pada kondisi ini, penanganan pasien jadi lebih kompleks dan lebih mahal," kata Afiatin.

Pembicara lain, Rudi Supriyadi MKes SpPD, berpendapat, hipertensi bisa diketahui dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Untuk mendapatkan hasil tepat, waktu dan kondisi saat pengukuran harus diperhatikan. "Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur. Pengukuran dilakukan tiga kali dengan interval sekitar 15 menit. Pengukuran bisa saja dilakukan di puskesmas, tetapi pasien harus dalam kondisi tenang," kata Rudi.

Berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia, tekanan darah digolongkan normal pada angka 120/80. Jika pengukuran menunjukkan angka lebih tinggi atau rendah, seseorang harus waspada. Perlu diperhatikan, meski ada standar acuan, batas aman setiap orang tak sama.

Ria Bandiara SpPD-KGH, pembicara, menekankan, kunci pencegahan hipertensi secara individual adalah penerapan gaya hidup sehat antara lain dengan mengonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, dan menghindari stres. "Masyarakat perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung untuk mencegah dan menanggulanginya," ujarnya. (LSD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com