Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakteri Baik Selamatkan Bayi dari Diare

Kompas.com - 16/03/2009, 21:27 WIB

KOMPAS.com - Kehadiran buah hati yang sehat dan cerdas merupakan dambaan para orang tua . Sayangnya, proses tumbuh kembang si kecil kerapkali terganggu oleh berbagai masalah kesehatan. Salah satu gangguan kesehatan yang banyak diderita bayi dan anak-anak berusia di bawah lima tahun adalah diare dan alergi.

Cut Fabiayya, misalnya, menderita alergi dan mencret saat baru berusia lebih dari satu bulan. Bagian pipinya ruam merah. Ia juga mencret berulang kali dalam sehari. Padahal, begitu pulang dari rumah sakit, ia mendapat air susu ibu (ASI) secara eksklusif dari ibunya.

Setelah diperiksa dokter, ternyata ia menderita alergi. Bakat alergi itu berasal dari kedua orang tuanya yang menderita asma. Penyebabnya, selama menyusui, ibunya mengonsumsi susu untuk ibu menyusui dan beberapa jenis makanan yang berpotensi menimbulkan alergi. Untuk mengurangi risiko alergi, selama menyusui, Rifsia, ibu dari Cut Fabiayya, lalu pantang makan ikan laut, kacang tanah, dan telur.

Hal serupa juga dialami Raka Pratama saat menginjak usia lima bulan. Karena sampai dua hari setelah lahir ASI ibunya belum keluar, Raka kemudian diberi susu formula. Beberapa hari kemudian, ia menderita panas tinggi, kulitnya kemerahan terutama di bagian muka, kaki dan badan. Setelah diberi antibiotik, Raka malah mencret sampai 15 kali dalam sehari, tinja yang keluar berlendir dan bercampur dengan sedikit darah, dan pada tubuhnya keluar bercak-bercak merah.

Karena ibunya memiliki riwayat menderita asma, dokter mulai mencurigai adanya gejala alergi susu sapi sehingga disarankan agar susu formula yang biasa dikonsumsi Raka diganti dengan susu formula berbahan dasar kedelai. Setelah diobati dan berganti jenis susu, diarenya cepat sembuh. "Bercak kemerahan pada kulit Raka juga hilang," kata Ny Titin, nenek dari Raka yang sehari-hari tinggal di Ciledug, Tangerang.   

Awal kelahiran  

Masalah diare dan reaksi alergi dialami bayi-bayi dan kelompok anak berusia di bawah lima tahun di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Bila tidak segera diatasi, bayi dan anak balita yang menderita diare dan alergi akan terganggu proses tumbuh kembangnya pada periode emas pertumbuhan.

Hasil penelitian yang dilakukan Prof Bengt Björkstén dari Institut Karolinska Swedia Björksté n pada tahun 2001 membuktikan, bayi-bayi penderita alergi terbukti mempunyai lebih sedikit Bifidobakteria pada feses atau tinja hingga mereka berusia lima tahun. Sejumlah riset dalam 10 tahun terakhir juga membuktikan perbedaan mencolok komposisi mikrobiota bayi sehat dan alergi di negara-negara dengan prevalensi alergi rendah dan tinggi.

Menurut Bengt Björkstén, pengaruh kondisi awal kelahiran, termasuk cara kelahiran dan penggunaan antibiotik, mempunyai efek sangat besar terhadap pola mikroflora (jasad renik berukuran kecil seperti bakteri dan jamur) saluran cerna. Mikroflora itu sangat penting untuk merangsang sistem daya tahan tubuh dalam kondisi normal, ujarnya menegaskan.

Hasil penelitian (Gronlund et al, Clin Exp Allergy 1999) memperlihatkan, keberadaan bakteri menguntungkan seperti Bifidobakteria pada bayi yang lahir cesar akan tertunda, dan dibutuhkan waktu hingga 6 bulan untuk menyamai bayi yang lahir normal. Oleh karena, bayi yang lahir cesar akan steril dari bakteri baik saat dilahirkan, sedangkan bayi lahir normal telah terpapar bakteri ketika dilahirkan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com