Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parkinson Sulit Didiagnosis

Kompas.com - 06/04/2009, 21:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit parkinson sangat sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan gejala penyakit lain dan kecil kemungkinannya dua pasien memiliki gejala atau prognosis yang sama. Di Amerika ada 1,5 juta penyandang parkinson, sementara di Indonesia data lengkapnya belum ada.

”Yang saya tahu di poliklinik saraf RSCM, tahun 2005, ada 219 penyandang parkinson yang berobat,” kata dr Banon Sukoandri SpS, Ketua Yayasan Penyandang Parkinson Indonesia, di Jakarta, Sabtu (4/4).

Parkinson adalah penyakit neurologik kronis progresif yang menyebabkan ketidakmampuan gerak yang semakin memburuk dan semakin mengganggu karena terjadi secara jangka panjang.

Menurut dr Banon, Indonesia pada 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah penduduk usia lanjut sebesar 414 persen. Ini disebabkan angka harapan hidup orang Indonesia mencapai 70 tahun atau lebih pada 2015-2020.

Dengan kondisi tersebut, prevalensi penyakit-penyakit yang ditemukan pada golongan usia lanjut mengalami kenaikan, termasuk di dalamnya penyakit degenerasi otak.

Penyakit parkinson, yang merupakan salah satu penyakit degeneratif otak tersering kedua setelah demensia Alzheimer, prevalensinya diperkirakan 1-3 persen pada orang berusia di atas 65 tahun. ”Pada dekade terakhir, parkinson semakin banyak menyerang usia lebih muda, yaitu golongan usia produktif, awal 40 tahun,” kata dr Banon.

Empat gejala utama
Walau sulit didiagnosis, ada empat gejala utama parkinson. Gejala paling umum yang sangat dikenal adalah tremor istirahat, yaitu gemetar tidak terkontrol— biasanya terjadi pada tangan atau kaki—saat keadaan istirahat.

Selain itu, banyak pasien yang mengalami rigiditas otot (kekakuan anggota gerak), bradikinesia (gerakan melambat), gangguan berjalan (berjalan yang kacau), dan perubahan postur (gangguan keseimbangan).

Gejala-gejala itu meningkat dan berdampak pada kemampuan penderita untuk bekerja dan berfungsi. Penderita banyak yang juga menderita gangguan pikiran, seperti depresi, demensia (pikun), bingung, dan agitasi.

Walau patologi (kelainan) pada penyakit parkinson teridentifikasi, penyebabnya tak diketahui pasti. Yang jelas, individu yang kehilangan lebih dari 80 persen suplai dopamine (diproduksi substansia nigra) cenderung memperlihatkan gejala parkinson. Dopamine adalah zat penting dalam proses pengiriman sinyal di antara sel-sel saraf otak pengontrol gerakan. Di dunia, prevalensi parkinson diperkirakan hingga 6,3 juta. (LOK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com