Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 dari 10 Penderita Kanker Paru adalah Perokok

Kompas.com - 06/06/2009, 14:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah penderita kanker paru yang dirawat di RSUP Persahabatan meningkat 74 persen dalam 4 tahun terakhir, dari 408 pasien di tahun 2004 menjadi 709 di tahun 2008 .

"Sembilan dari 10 penderita kanker paru adalah perokok," kata Prof. Dr. Faisal Yunus, Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia Pusat saat diskusi di Jakarta, Sabtu (6/6).

Prof. Faisal mengatakan, lambatnya deteksi dini kanker paru pada perokok dikarenakan gejala yang timbul tidak spesifik dan perokok umumnya tidak percaya bahwa merokok dapat mengakibatkan kanker paru."Penderita kanker paru umumnya datang sudah dalam stadium lanjut," ucapnya.

Saat ini, lanjut Prof. Faisal, kecenderungan umur perokok pemula di Indonesia menjadi semakin muda dari rata-rata 19 tahun menjadi 17 tahun. "Itu mengakibatkan usia penderita paru juga cenderung semakin muda," katanya.

Dampak rokok juga disampaikan Prof. Dr. Farid Anfasa Moelek, SpOG, Ketua Pengendalian Tembakau, bahwa rokok bukan hanya mengakibatkan kanker paru saja, tetapi paparan asap rokok pada ibu hamil sangat berbahaya bagi janin yang mengakibatkan kelahiran prematur, ganguan pertumbuhan dan perkembangan otak. "IQ rendah tidak mungkin menghasilkan generasi prima," tegasnya.

Sedangkan Dr. Hakim Sorimuda, SpOG, anggota komisi IX DPR mengatakan masyarakat di Indonesia cenderung merokok selama puluhan tahun dan baru merasakan dampaknya jauh dikemudian hari. "Kalau dihitung-hitung, perokok menabung sekitar Rp 170 juta selama sekitar 26 tahun untuk meraih kanker," katanya.

Ia juga mengkritik peringatan yang ada dalam bungkus rokok di Indonesia yang hanya berbentuk teks. Menurutnya, teks dalam bungkus tersebut oleh masyarakat sering dijadikan bahan ejekan. "Kan ditulis merokok dapat, jadi yang merokok dapet aja yang kena kanker, yang beli sih ngga," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com