Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Jantung "yang Sudah Mati"

Kompas.com - 10/07/2009, 13:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyakit jantung masih jadi penyebab kematian utama di Indonesia. Namun, kini penderita gagal jantung bisa memiliki harapan hidup yang lebih baik berkat penggunaan terapi sel punca (stem cell).

Penyebab gagal jantung adalah kematian otot jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang mendistribusikan darah ke jantung. Untuk menghidupkan kembali otot jantung yang telah mati itu, kini dokter memakai terapi sel punca.

Penggunaan sel punca telah membuka jalan revolusi untuk mengatasi berbagai penyakit dan kerusakan jaringan tubuh. Pada kasus gagal jantung, terapi sel punca dilakukan dengan cara menyuntikkan sel induk dari tubuh pasien sendiri ke jaringan otot jantung yang rusak, sehingga sel tersebut akan tumbuh dan merangsang pembentukan jaringan yang sehat.

Proses pertama yang akan dilalui adalah stenting atau pemasangan cincin pada pembuluh koroner. "Itu seperti membuat gorong-gorong, membuka pembuluh koroner yang menyempit," ujar Prof Lukman Hakin Makmun, SpPD, KKV, KGer, Ketua Pengurus Besar Ikatan Keseminatan Kardiovaskuler Indonesia (PB IKI), Jumat (10/7) di Jakarta.

Proses kedua melakukan magnetic resonanse imaging (MRI) yang dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak sel baru yang diperlukan. Selanjutnya, selama 5 hari pasien akan suntikan suatu obat yang berfungsi merangsang sel muda. Setelah proses itu selesai, pasien akan diambil darahnya.

Dan selama 5-7 hari darah tersebut akan diberi obat perangsang sel lainnya, setelah itu darah disuntikkan kembali ke pembuluh darah koroner. "Setelah disuntikkan akan dilakukan lagi MRI untuk memantau seberapa banyak kerusakan sel yang sudah teratasi, pemantauan itu dilakukan berulang-ulang," jelas Lukman.

Menurut Lukman, terapi sel punca tidak mempunyai efek samping. Dari 14 pasien didapat hasil yang sangat baik. Awalnya fungsi jantung pasien-pasien itu hanya 20-30 dan menjadi lebih baik 40-50 persen. Oleh dokter, terapi ini hanya disarankan pada pasien yang berusia di bawah 70 tahun.

Meski demikian, lanjut Lukman, terapi sel punca masih mempunyai kekurangan. Untuk menikmati pengobatan ini, pasien harus merogoh kocek yang dalam. Selain itu, jumlah rumah sakit dengan fasilitas ini juga masih sangat minim di Indonesia, satu-satunya rumah sakit pemerintah yang menyediakan fasilitas terapi sel punca adalah RSCM. Selain itu, terapi ini masih memerlukan banyak penyempurnaan.

"Kami mengakui masih banyak yang harus ditingkatkan, maka dari itu kami masih terus melakukan berbagai penelitian untuk menyempurnakan stem celll therapy ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com