Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanaman Obat Belum Dimanfaatkan

Kompas.com - 07/08/2009, 11:14 WIB

Bandung, Kompas - Khasiat tanaman obat di Indonesia belum dimanfaatkan sepenuhnya karena dianggap tidak memenuhi aspek klinis. Padahal, beberapa tanaman obat telah terbukti ampuh mengobati beragam penyakit.

"Indonesia kaya tanaman obat. Masyarakat di berbagai daerah masih menggunakan tanaman obat ketimbang obat kemasan," kata Direktur Pusat Kajian Pengetahuan Masyarakat Tradisional Universitas Padjadjaran Kusnaka Adimihardja, Kamis (6/8) di Bandung.

Kusnaka memberikan contoh penelitian yang dilakukan di Desa Sirnarsa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Penduduk setempat masih menggunakan 15 tanaman obat untuk penyembuhan. Contohnya adalah cecendet (Phylisa angulata) untuk obat sakit pegal-pegal, jawer kotok (Coleus blumei) untuk menghentikan pendarahan, serta ki kunti (Ficus edelfeltii king) untuk obat batuk dan sakit mata.

Selain itu, ada juga lame (Alstonia scholaris) untuk sakit gigi serta jonge (Emilia sonchifolia) untuk mengobati sakit ulu hati dan sesak napas.

Akan tetapi, tanaman obat itu belum dimanfaatkan secara massal. Masyarakat sekitar tidak memiliki keahlian menanam dan memproduksi obat dalam jumlah banyak.

"Tugas pemerintah dan dunia kesehatan untuk memanfaatkannya. Tanaman obat bisa menjadi alternatif pengobatan sekaligus menjaga potensi kearifan lokal masyarakat," kata Kusnaka.

Direktur Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Budiharjo mengatakan, khasiat tanaman obat belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh dunia kesehatan Indonesia. Farmakolog dan dokter masih memilih menggunakan obat dari bahan kimia karena menganggap tanaman obat belum teruji secara klinis.

Depkes bekerja sama dengan Universitas Diponegoro Semarang telah membuat tempat pengembangan obat tradisional di Jawa Tengah. Konsep ini perlu dikembangkan di daerah lain untuk memberikan khazanah baru dalam dunia pengobatan Indonesia. (CHE)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com