Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Osteoporosis Mengancam Asia

Kompas.com - 15/10/2009, 10:55 WIB

KOMPAS.com - Osteoporosis pada masa-masa mendatang akan menjadi salah satu penyakit serius di kalangan penduduk Asia. Pada tahun 2050 diperkirakan 50 persen dari kasus osteoporosis di dunia bakal terjadi di Asia dan menjadi beban ekonomi dan sosial cukup tinggi bagi masyarakat dan pemerintah.

Prediksi cukup ”mengerikan” itu terungkap dari hasil audit International Osteoporosis Foundation (IOF) bertajuk ”The Asian Audit Epidemiology, Costs and Burden Osteoporosis in Asia 2009”. Peluncuran data audit soal osteoporosis Asia untuk pertama kalinya dilakukan dalam konferensi dunia komunitas peduli osteoporosis di Beijing, Selasa (22/9).

Dari data yang dikumpulkan dari 14 negara di Asia terlihat bahwa kejadian patah tulang pinggul meningkat 2-3 kali lipat dalam 30 tahun ini. Peningkatan itu terutama terjadi karena asupan vitamin D dan kalsium yang masih rendah dikonsumsi tiap orang di setiap negara.

Amrish Mithal, Koordinator IOF Asian Audit, mengatakan, meskipun ancaman besar osteoporosis secara umum semakin tinggi di Asia, penyakit itu belum diakui dan diperlakukan sebagai penyakit yang mengakibatkan beban ekonomi sosial yang terus meningkat. Dengan peningkatan penduduk usia lanjut yang besar di Asia, sebanyak 50 persen kasus patah tulang yang mengakibatkan kecacatan hingga kematian akan terjadi di Asia tahun 2050.

Mark Wilson, Regional Managing Director Asia-Middle East Fonterra, menjelaskan, apa yang dilansir IOF hampir sejalan dengan hasil pemeriksaan kesehatan tulang Anlene. Pengujian kesehatan tulang yang gencar dilakukan Anlene di setiap negara di Asia menemukan sekitar 40 persen yang diperiksa berisiko menderita osteoporosis.

”Dari pemeriksaan itu juga ditemukan asupan vitamin C jadi masalah. Demikian juga asupan kalsium. Penduduk di Asia hanya memenuhi 50 persen dari asupan mineral yang dibutuhkan tulang setiap harinya. Berdasarkan rekomendasi WHO, konsumsi kalsium sebesar 1.000-1.300 miligram/hari, tetapi rata-rata di Asia hanya 450 miligram/hari,” kata Mark.

Judy Stenmark dari IOF mengatakan, data itu diharapkan bisa diperhatikan pemerintah, praktisi kesehatan, dan masyarakat umum. ”Mesti ada tindakan segera untuk mencegah meningkatnya kejadian patah tulang. Ada jutaan orang yang akan menderita jika tidak ditangani serius. Beban itu terutama cukup berat bagi masyarakat di daerah pedesaan karena penderita sering diperlakukan secara konservatif, hanya dirawat di rumah, tanpa mendapat keuntungan dari operasi dan pemulihan,” kata Judy.

Bukti-bukti peningkatan osteoporosis itu terlihat di Hongkong. Dalam empat dekade terakhir, penderita patah tulang pinggul naik hingga 300 persen. Di Singapura peningkatan hingga 500 persen.

Di Jepang jumlah penderita patah tulang di kalangan penduduk berusia 75 tahun meningkat drastis dalam 12 tahun. Di China 70 juta penduduk berusia 50 tahun ke atas menderita osteoporosis—berarti ada 687.000 penderita setiap tahun.

Indonesia dengan 237 juta penduduk akan memiliki 71 juta penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2050. Dari pengujian menggunakan mesin dual energy X-ray absorptiometry (DXA), diperkirakan sekitar 28,8 persen laki-laki dan 32,3 persen wanita sudah osteoporosis. Dari laporan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, 41,8 persen laki-laki dan 90 persen perempuan memiliki gejala osteoporosis, sedangkan 28,8 persen laki-laki dan 32,3 persen perempuan sudah osteoporosis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com