Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KB Spiral Tak Ganggu Kesuburan

Kompas.com - 28/10/2009, 10:02 WIB

KOMPAS.com — Saat ini, alat kontrasepsi tersedia dalam berbagai jenis dengan keunggulan masing-masing. Salah satunya intrauterine device (IUD), yang lebih dikenal dengan spiral. Keuntungan menggunakan IUD, selain tak perlu sering diganti, juga nyaman, tahan lama, dan tidak mengganggu aktivitas seksual.

Tari (39) telah menggunakan IUD selama empat tahun. Diakuinya, IUD sangat membantu ia dan suami dalam melakuan program Keluarga Berencana (KB). la memilih spiral karena dia orang yang pelupa. "Pernah saya KB dengan pil, tapi jebol juga. Saya lupa minum pil KB sampai lebih dari satu minggu," ungkap ibu tiga anak ini.

Lain lagi cerita Sari (33), ibu satu anak yang baru sebulan ini menggunakan IUD. "IUD tidak mengganggu sesi bercinta saya dan suami. Juga tidak perlu repot dipasang ketika sedang foreplay, seperti kondom," katanya.

Terasa nyaman
"Memang, salah satu keunggulan IUD alias spiral adalah tidak perlu diminum tiap hari. Bahkan, kaum perempuan dapat terus menggunakan IUD selama sepuluh tahun hingga saatnya diganti yang baru," kata Dr dr Dwiana Ocvianty, Sp OG (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

IUD dipasang di dalam rongga rahim sehingga disebut alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Prinsip kerjanya menghambat gerakan sperma menuju sel telur. "Banyak yang mengira, cara kerja IUD adalah membunuh sperma dan sel telur. Itu tentu tidak benar," ujar Dr Dwiana.

Dia menjelaskan, cara kerja IUD yang benar adalah memanfaatkan reaksi alami rahim terhadap benda asing. Maksudnya, jika ada benda asing dalam rahim, maka rahim secara otomatis akan memproduksi cairan kental. Cairan kental inilah yang menghambat gerakan sperma menuju sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi.

Awalnya IUD berbentuk spiral dan terbuat dari bahan plastik. Ukurannya sangat kecil, sekitar 3 cm. Saking kecilnya, pengguna tidak merasakan kalau sedang ber-KB. Alat ini juga tidak mengganggu aktivitas seksual dengan pasangan karena sifatnya yang lentur.

Seiring perkembangan dunia medis, kini terdapat IUD berbentuk huruf T yang dilapisi tembaga. Lapisan tembaga ini berperan lebih baik dalam proses pengentalan cairan untuk menghambat sperma. Dikatakan, bentuk T dan lapisan tembaga ini lebih nyaman untuk penggunanya.

Sewaktu haid
Efektivitas IUD tak kalah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, efektivitas IUD bisa mencapai 99,4 persen dan dapat digunakan hingga sepuluh tahun. Artinya, hanya sedikit pengguna IUD yang gagal.

Meski demikian, tetap ada faktor yang bisa menyebabkan kegagalan, misalnya masalah teknis, seperti pemasangan IUD yang tidak benar sehingga posisinya
salah. Bisa juga dari faktor nonteknis, misalnya sperma yang dihadang terlalu kuat. "Kalau sperma yang dihadang sangat kuat dan bisa menembus, apa boleh buat. Ahli medis juga tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.

Karena itu, pemasangan IUD haruslah dilakukan oleh ahli medis yang berpengalaman. Pemasangan bisa dilakukan kapan saja asal calon pemakai tidak sedang hamil. Banyak ahli medis menyarankan agar pemasangan dilakukan saat wanita sedang menstruasi. Alasannya, pemasangan jadi lebih mudah karena mulut rahim sedang terbuka.

Harus kontrol
Yang tak boleh dilupakan adalah mengontrol IUD secara berkala ke dokter kandungan. Beberapa bulan setelah pemasangan IUD, seharusnya pasien memeriksakan diri. Kenyataannya, sering kali pasien lupa kontrol.

Hal lain yang tak kalah penting adalah mengganti IUD jika sudah waktunya. Penggantian IUD juga kerap terlupakan oleh pasien. Karena sudah bertahun-tahun, pengguna jadi lupa mengganti atau mencabutnya. Sebaiknya, kondisi ini segera ditindaklanjuti karena, bila telat mengganti IUD, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak yang tak diinginkan, seperti infeksi vagina.

Ada beberapa ketakutan seputar penggunaan IUD yang masih hinggap di masyarakat. Yang paling banyak adalah soal gangguan kesuburan. Menurut dokter Dwiana, IUD sangat aman dan tidak memengaruhi kesuburan. "Jika ingin mempunyai anak, maka tinggal lepas IUD-nya. Biasanya dalam waktu sebulan, kesuburan sudah kembali normal," sebutnya.

Penggunaan IUD juga tidak ada kaitannya dengan keguguran. "Selama ini tidak ada catatan medis yang menyebutkan, penggunaan IUD bisa menyebabkan keguguran. Mungkin ada faktor lain yang menyebabkan keguguran. Karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan," katanya lagi. (GHS/Michael)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com