Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan Massal Diteruskan

Kompas.com - 18/11/2009, 07:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melanjutkan pengobatan massal guna mencegah filariasis atau penyakit kaki gajah berkembang di masyarakat.

Sementara itu, hasil investigasi Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia terkait dengan kasus meninggalnya sejumlah warga Kabupaten Bandung setelah pengobatan massal filariasis belum diumumkan.

Pencanangan pengobatan massal filariasis diselenggarakan di Kota Tangerang Selatan, Selasa (17/11). Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dadang mengatakan, ada 966.038 orang sasaran peminum obat.

Obat yang dibagikan terdiri dari diethil carbamazine citrate (DEC), albendozole, dan paracetamol. Prevalensi filariasis di kota tersebut melebihi 1 persen sehingga dilaksanakan pengobatan massal.

Distribusi obat ke warga melalui puskesmas diteruskan ke pembina wilayah berlanjut ke kader dasawisma untuk diteruskan ke keluarga secara langsung. Satu kader menangani 50-100 keluarga. Kader sudah dibekali panduan mengenai berbagai pengobatan filariasis atau kaki gajah.

Setelah kasus pengobatan filariasis di Kabupaten Bandung, di sejumlah tempat berlangsung pembagian obat serupa, antara lain, di Kotabaru (Kalimantan Selatan), Soreang (Kabupaten Bandung), dan Tangerang Selatan.

Tunggu hasil investigasi

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan, sebaiknya pengobatan dihentikan sementara sampai didapatkan bukti secara empiris yang memadai mengenai kasus pengobatan massal di Kabupaten Bandung. Penjelasan yang tidak utuh dan kurang transparan akan berdampak buruk kepada program itu sendiri. ”Publik takut dan tidak meminum obat sehingga target pengendalian penyakit tidak tercapai,” ujarnya.

Menurut Tulus, pembagian obat secara massal tidak boleh mengabaikan prosedur standar. ”Salah satu prosedur, misalnya, dokter harus mengetahui riwayat kesehatan dan kondisi individu. Terlebih lagi jika obat berefek samping. Sosialisasi harus kuat dan merata. Dengan demikian, dibutuhkan banyak petugas terlatih,” ujarnya. (INE/ZAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com