Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prof Purwantyastuti: DEC Sembuhkan Kaki Gajah

Kompas.com - 20/11/2009, 09:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit kaki gajah (filariasis) ternyata bisa disembuhkan dengan diethyl carbamazin (DEC) ditambah dengan albendazol.

Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Purwantyastuti, Kamis (19/11). Penyakit kaki gajah termasuk penyakit membahayakan.

Menurut Purwantyastuti, obat tersebut sudah digunakan dalam pengobatan massal di Indonesia sejak 1975 dan ternyata mampu mengurangi penyebaran virus filariasis di kawasan endemik. Penyakit kaki gajah disebabkan oleh virus wuchereria bancroflti, brugia malayi, dan brugia timoro.

Diharapkan pengobatan massal dengan DEC dan albenclazol itu dilakukan secara rutin setiap tahun di puskesmas, khususnya di kawasan endemik. Pihak medis menyarankan untuk pemakaian dua. obat itu dengan dosis yang tidak berlebihan, yaitu 6 mg/ kg berat badan untuk DEC clan 400 mg untuk albendazol. Dosis itu digunakan pada pengobatan massal di Indonesia sejak 2002.

Dua obat itu dikonsumsi hanya satu kali dalam setahun clan dilakukan lima tahun sampai 10 tahun. "Pada tahun-tahun sebelumnya (1975), obat ini dikonsumsi dengan dosis yang berbeda karena saat itu pihak medis masih mencari dosis yang tepat. Sejak 2002, dosis yang digunakan hanya 6 mg/kg untuk DEC dan 400 mg untuk albendazol," kata Purwantyastuti.

Dengan dosis yang sedikit itu diharapkan masyarakat tidak khawatir mengonsumsinya. Ketakutan masyarakat mengonsumsi dua obat tadi karena efek 'sampingnya, yaitu mual, pusing, muntah, dan mengantuk. Apalagi pada tahun- tahun sebelumnya dua obat itu dikonsumsi dalam waktu panjang atau berhari-hari.

Nah, dengan dosis dan konsumsi yang hanya sekali dalam setahun, maka masyarakat hanya merasakan efek samping tadi sekali dalam setahun. Dengan demikian tidak membuat masyarakat ketakutan lagi.

Purwantyastuti menuturkan, DEC merupakan obat yang terpilih untuk membunuh virus kaki gajah yang berbentuk cacing tali berukuran kecil yang hidup dalam darah. Sedangkan albendazol merupakan obat yang digunakan untuk membunuh cacing dewasa yang hidup di kelenjar getah bening.

Dua obat itu tidak menyebabkan kematian dan bisa dikonsumsi ibu hamil serta tidak masuk ke dalam air susu ibu (ASI). Jika ada penderita kaki gajah yang meninggal setelah meminum obat itu, bukan disebabkan efek samping dari dua obat tadi. "Diperkirakan kematian itu karena penyakit lain, seperti jantung atau penyakit berat lainnya," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sembilan orang penderita kaki gajah di Bandung meninggal dunia setelah mengikuti pengobatan massal. Para penderita lainnya juga mengalami gejala mual, pusing, dan muntah.

Kepala Departemen Parasitologi FKUI, Saleha Sungkar, mengatakan, "Dua obat itu bisa menyembuhkan penderita kaki gajah. Penderita akut harus dioperasi."

Dua obat itu, kata Saleha, belum dijual bebas sehingga biasanya pengobatan dilakukan secara massal oleh Depkes. Alasan pengobatan dilakukan secara massal agar virus tidak tertular ke warga lain. Virus kaki gajah tersebar melalui nyamuk, sedangkan pembengkakan terjadi karena virus yang berbentuk cacing tali kecil itu menyumbat aliran darah.

Saat ini penderita kaki gajah tersebar di 318 kabupaten di Indonesia. Diperkirakan 60 persen kabupaten di Indonesia menjadi endemik kaki gajah. Daerah endemis kaki gajah terbesar adalah di Papua. Sebanyak 38 persen penderita kaki gajah berada di Papua. Penyebaran kaki gajah di Indonesia rata-rata mencapai 3,1 persen. (get)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com