Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Perlu Evaluasi Pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis

Kompas.com - 20/11/2009, 21:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tetap perlu mengevaluasi pelaksanaan pengobatan massal Filariasis. Prosedur, implementasi program, ketersediaan tenaga kesehatan, dan penanggulangan kejadian ikutan perlu ditinjau kembali.

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta mengatakan, Jumat (20/11), sebaiknya program pengobatan massal tersebut dihentikan sementara sampai dipastikan keamanan prosedur, ketepatan pelaksanaan di lapangan, dan ketersediaan tenaga kesehatan di lapangan. Program harus tetap sesuai kaidah kesehatan.

Pengobatan massal hendaknya tetap memperhatikan keamanan penerima obat tersebut. Jika ingin program yang aman, proses skrining, misalnya, harus dilakukan.

Skrining dilakukan tenaga kesehatan guna mengecek kesehatan masyarakat sebelum pembagian obat. Pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pendataan riwayat keseh atan (untuk mengecualikan penderita penyakit kronis, anak, dan orang lanjut usia), dan kadar mikrofilaria dalam darah dapat dilakukan agar program aman dan kepercayaan masyarakat terjaga.

"Pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, serta pengukuran denyut jantung tidak terlalu sulit dilakukan. Di masyarakat yang bergizi buruk bisa terjadi dari segi umur orang itu termasuk dewasa, tetapi dengan berat badan anak-anak sehingga butuh dosis berbeda. Orang hamil muda juga sulit dideteksi kasat mata. Biaya yang dibutuhkan tentu lebih besar, ketimbang sekadar membagikan obat begitu saja," ujarnya.

Dalam program pengobatan massal, pemberian obat filariasis kepada seluruh warga di daerah endemik filariasis. Pengobatan dilakukan setahun sekali selama lima tahun berturut-turut. Pengobatan sempat menghebohkan ketika sejumlah warga Kabupaten Bandung meninggal dunia bertempatan dengan pengobatan missal filariasis. Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) menyatakan dari delapan orang yang dikabarkan meninggal bertepatan dengan pengobatan massal di Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu, tiga orang diantaranya belum sama sekali meminum obat tersebut. Sedangkan, lima lainnya yang tewas memang meminum obat tetapi kematian tidak terkait obat. Tiga orang diantaranya menunjukkan tanda serangan jantung dan dua orang lainnya mengalami gejala strok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com