Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metode Pemberian Obat Disempurnakan

Kompas.com - 24/11/2009, 09:09 WIB

BANDUNG, KOMPAS — Departemen kesehatan tidak akan menghentikan pemberian obat pencegahan filariasis atau kaki gajah. Namun Departemen Kesehatan akan menyempurnakan metode pemberian obatnya.

Demikian dikatakan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih seusai membuka Konferensi Nasional Promosi Kesehatan Ke-5 di Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/11) malam.

Endang mengatakan, berdasarkan hasil investigasi Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) dan Departemen Kesehatan, pengobatan massal yang dilakukan di Kabupaten Bandung tidak menyalahi aturan. Obat sudah diperiksa di laboratorium dan hasilnya tidak kedaluwarsa atau tercemar.  Adapun obat yang diberikan adalah ethylcarbamazine citrate (DEC), albendazol (obat cacing) dan parasetamol (obat penurun panas).

Sebelumnya penerima obat pencegahan filariasis di Kabupaten Bandung dirawat dan meninggal dunia setelah mendapatkan pengobatan massal, 10 November lalu.  Namun, Departemen Kesehatan membantah penyebab sakit dan meninggal akibat langsung pemberian obat pencegahan filariasis.

KAPFI juga menyatakan, kematian delapan warga Bandung bukan karena minum obat filariasis.  Dari delapan kasus kematian, tiga orang meninggal ternyata tidak mingum obat filariasis yang dibagikan saat pengobatan massal.  Adapun lima kematian terjadi karena penyakit yang telah diderita sebelumnya.

Untuk langkah ke depan, Endang mengatakan akan menyusun langkah lanjutan bersama tim yang terdiri atas pakar filariasis.  Salah satunya adalah mempertajam metode pengobatan, seperti  memberikan pertanyaan awal tentang kondisi kesehatan kepada warga sebelum melakukan pemberian obat.

"Akan sulit apabila dilakukan pemeriksaan kesehatan satu per satu," kata Endang.

Penyakit filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria (Brugia malayi, Brugia timori, dan Wucheria brancofti). Perantara penularannya adalah semua jenis nyamuk.

Hambat eliminasi
Secara terpisah, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Departemen Kesehatan Rita Kusriati mengatakan, penghentian pengobatan massal dikhawatirkan akan menghambat eliminasi penyakit kaki gajah.  Oleh karena itu, pemerintah akan melanjutkan pengobatan massal, tetapi pelaksanaannya dievaluasi.

Menurut Rita, di Indonesia penanganan filariasis dengan model pengobatan massal berjalan sejak tahun 2002 yang pencanangan untuk pertamakalinya di lima kota kabupaten/kotamadya.  Di Indonesia ada 316 kabupaten/kota yang telah terpetakan secara epidemologis sebagai daerah endemik filariasis sampai tahun 2008.

Penghentian pengobatan massal, menurut Rita, akan berkonsentrasi besar karena dengan rata-rata prevalensi nasional filariasis 19 persen dan jumlah penduduk sekitar 220 juta, ada sekitar 40 juta penduduk akan terkena filariasis. (CHE/INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com