KOMPAS.com — Gangguan ereksi seharusnya tidak hanya dipandang sebagai masalah "kejantanan" karena sebenarnya disfungsi ereksi merupakan indikator bagi komplikasi penyakit.
"Ada kaitan yang jelas antara kesehatan pria dan performa seksualnya," kata Steve Lamm, MD, penulis buku The Hardness Factor. Munculnya gangguan ereksi pada pria sangat berkait erat dengan beberapa penyakit, seperti diabetes, depresi, obesitas, penyakit jantung, darah tinggi, dan gangguan kolesterol.
Mekanisme ereksi bukanlah proses yang sederhana, seperti halnya meniup balon. Ereksi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan pembuluh darah, otot, hormon, sistem saraf, dan fisik secara bersama-sama. Bila salah satu bagian ini terganggu, maka otomatis "alat tempur" pria pun tak bisa dipakai "berlaga".
Ahli urologi dari Cleveland Clinic, Drogo Montague, MD, mengatakan bahwa gangguan ereksi memang berkaitan dengan kondisi kesehatan secara keseluruhan, terutama penyakit jantung.
Agar terjadi ereksi, Mr P harus dialiri darah. Pengendapan lemak dalam arteri pembuluh darah (arterioklerosis) bisa menghambat aliran darah yang mengarah ke penis sehingga terjadi impotensi. Makanan tinggi lemak, kolesterol, tekanan darah tinggi, kegemukan, diabetes, dan merokok merupakan penyebab utama arterioklerosis.
Salah satu studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology tahun 2004 menguatkan teori tersebut. Sebuah survei pada 1972-1974 dilakukan terhadap 1.810 pria mengenai risiko penyakit jantung.
Kemudian, tahun 1998, para peneliti menghubungi 844 orang dari responden yang masih hidup dan menanyakan tentang gangguan ereksi. Ternyata, mayoritas pria yang memiliki faktor risiko penyakit jantung saat mereka disurvei mengalami impotensi.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah kebanyakan orang yang menderita depresi juga mengalami gangguan seksual, seperti menurunnya libido, ejakulasi dini, hingga tidak mampu ereksi.
Meski saat ini sudah ada obat-obatan untuk mengatasi masalah disfungsi ereksi, para ahli mengingatkan pentingnya pencegahan. Dalam bukunya, Lamm menyarankan para pria untuk memiliki kebiasaan berolahraga, tidur cukup, mengonsumsi makanan sehat, serta mengonsumsi vitamin atau suplemen. "Coba lakukan program ini selama enam minggu dan lihat hasilnya pada kemampuan penis," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.