Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamu Impor Sudah Sangat Mengkhawatirkan

Kompas.com - 30/11/2009, 23:54 WIB

 

 

BANDUNG, KOMPAS.com - Semakin banyaknya jamu impor yang masuk ke Indonesia dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. Nilai penjualan jamu impor diperkirakan sekitar Rp 4 triliun pada tahun 2009. Angka itu sudah hampir mencapai separuh nilai penjualan jamu lokal sebesar Rp 8,5 triliun.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia, Charles Saerang di Bandung, Senin (30/11), mengatakan, jamu impor diantaranya berasal dari China, India, dan Korea Selatan. Kemasan jamu impor India misalnya, sudah sangat menarik.

Produk itu antara lain digunakan untuk spa, lulur, aroma terapi, dan minuman. Masuknya jamu impor harus diwaspadai. Jangan hanya lantaran berlabel impor, konsumen memilih produk tersebut tanpa mempertimbangkan komposisinya.

Menurut Charles, ramainya penemuan jamu ilegal belakangan ini membuat konsumen cemas lalu menggunakan jamu asing. Padahal, jamu impor tanpa izin dengan kandungan bahan kimia yang tinggi lebih banyak beredar dibandingkan produk legal.  

Potensi bisnis jamu Indonesia sebesar Rp 20 triliun per tahun. Kalau digerogoti jamu impor Rp 10 triliun dan sisanya produk lokal, habis potensinya, kata Charles.

Angka itu pun dianggap masih kecil dibandingkan nilai penjualan obat-obatan konvensional sekitar Rp 30 triliun per tahun. Di Indonesia terdapat sekitar 1.350 pabrik dan industri jamu dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sekitar 3 juta orang.

Pada tahun 2010, nilai penjualan jamu lokal diupayakan meningkat menjadi Rp 10 triliun. Nilai itu dapat tercapai bila pemerintah memberikan dukungan penuh. Menurut Charles, kemauan politik pemerintah untuk mendorong industri jamu sudah ada namun belum terintegrasi.

Misalnya, dorongan untuk menjadikan jamu sebagai basis pengobatan herbal agak susah dilakukan. Sebagian dokter masih enggan mendukung penggunaan jamu, katanya.

Di Jawa Tengah, jamu sudah digunakan di puskesmas. Jawa Barat belum melakukan langkah tersebut meskipun memiliki potensi. Selain itu, menurut Charles, pemerintah belum melakukan sosialisasi atau edukasi mengenai jamu kepada masyarakat dengan gencar.

Di luar negeri, pemerintahnya memberikan dukungan. Indonesia juga belum memiliki program khusus pengembangan obat alami untuk ekspor. Padahal, masyarakat negara- negara barat sudah banyak yang beralih menggunakan produk berbahan baku herbal seperti temulawak, jahe, dan lain-lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com