Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bellydance yang Tak Hanya Pamer Perut

Kompas.com - 13/12/2009, 21:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Apa yang ada di benak anda saat mendengar istilah tari perut? Sebagian besar orang beranggapan tari perut sarat nilai pornografi karena pakaian penarinya yang serba terbuka dan gerakannya menonjolkan bagian tubuh wanita.

Di Indonesia, tari perut masih dianggap tabu dan kurang populer. Padahal menurut Christine Yaven, pendiri sanggar Bellydance Jakarta, tari perut yang ia dan muridnya tampilkan sama sekali bukan pornografi.

"Ini seni, pure seni. Tujuan kami bukan untuk eksploitasi badan," ujar Christine di akhir resital ke-empat tahun Bellydance Jakarta yang digelar di Teater Usmar Ismail Jakarta, Minggu (13/12/2009).

Bellydance hanya tarian tradisional yang sarat akan budaya masyarakat timur tengah, khususnya negara timur tengah yang dekat dengan Afrika. Sayangnya, saat ini tari perut justru sering dimanfaatkan untuk sarana hiburan seks oleh beberapa golongan.

"Itu kan kebudayaan, yang tradisional. Tapi semakin kesini semakin macam-macam. Saya khawatir dengan yang memanfaatkan tari perut untuk 'nakal'," kata Christine.

Selain itu, di sanggar tarinya, Christine menetapkan prinsip untuk mencintai tubuh seperti apapun bentuknya. Tak heran, baik Christine dan beberapa muridnya bertubuh tidak ideal.

Namun, bentuk tubuh mereka tidak menghalangi minat mereka untuk terus berlatih tari perut. "Love your body, itu yang saya ajarkan. Jadi, di sini gak cuma yang langsing-langsing aja kan," tutur Christine.

Selain itu, Bellydance Jakarta milik Christine juga menampung minat beragam golongan umur, mulai dari usia 14 hingga 60 tahun lebih.

Resital memperingati empat tahun berdirinya Bellydance ini diisi penampilan tari perut murid-murid Christine. Terlihat di panggung baik tua, muda, langsing, atau gemuk turut bergoyang tari perut. Selain itu, resital ini juga dimeriahkan penampilan tari hula-hula, tarian khas India, serta peragaan busana JS21.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com