Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depkes: Jamu Perlu Disaintifikasi

Kompas.com - 07/01/2010, 05:26 WIB

KENDAL, KOMPAS.com - Pemerintah berupaya melakukan saintifikasi terhadap jamu dengan melibatkan para dokter melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Upaya itu guna mengangkat dan memperluas penggunaan jamu di masyarakat.

Program saintifikasi itu dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu (6/1). Endang mengatakan, di tengah masih mahalnya harga obat karena, antara lain, 95 persen bahan bakunya masih impor, jamu yang asli Indonesia dapat menjadi alternatif menjaga kesehatan terutama untuk tindakan preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif.

Lebih lanjut, lewat saintifikasi jamu tersebut diharapkan terkumpul bukti-bukti ilmiah tentang khasiat jamu. Saintifikasi jamu merupakan proses penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

Selama ini, dokter enggan menggunakan jamu karena mereka berpegang pada terapi yang telah mempunyai bukti dan landasan ilmiah (evidence based). Saintifikasi itu bertujuan untuk memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Agus Purwandianto mengatakan, salah satu tahapan dari saintifikasi jamu ialah membentuk jaringan dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti.

”Tahap awal, di Kabupaten Kendal ada sembilan dokter terlibat untuk menggunakan setidaknya sembilan tanaman obat. Jamu yang akan digunakan oleh para dokter dan dikumpulkan bukti-bukti khasiatnya serta diteliti itu harus melalui Komisi Nasional Saintifikasi Jamu,” ujarnya.

Pemerintah daerah akan mendukung lewat kemudahan perizinan agar para dokter yang menggunakan jamu tersebut tidak menemukan kesulitan dalam menjalankan praktiknya.

Berbagai produk

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, jamu mempunyai nilai ekonomis sangat besar karena dapat dikembangkan menjadi berbagai produk kesehatan, kecantikan, perawatan tubuh, dan makanan serta minuman. Krisnamurthi menghitung, nilai ekonomi jamu sekitar Rp 4 triliun dan menyerap jutaan tenaga kerja mulai dari petani, produsen, hingga distributor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com