Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organ Baru untuk Pengidap Diabetes

Kompas.com - 15/01/2010, 07:55 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Sebuah tim nirlaba tengah membuat ”pankreas artifisial” bagi para pengidap diabetes tipe 1. Proyek itu bertujuan menciptakan alat yang dapat mengecek kadar gula darah sepanjang hari dan kemudian secara otomatis mengantarkan insulin saat dibutuhkan tanpa intervensi pasien atau anggota keluarga lainnya. Tim itu terdiri dari Juvenile Diabetes Research Foundation (JDRF) dan sebuah perusahaan produsen alat kesehatan, Animas.

Perusahaan Animas sebelumnya telah membuat pompa insulin. Kini perusahaan itu bekerja sama dengan JDRF untuk menciptakan sistem nirkabel yang mengombinasikan alat monitoring glukosa secara berkelanjutan, pompa insulin, dan peranti lunak canggih.

Jika berhasil, alat itu akan membebaskan para pengidap diabetes tipe 1 dari keharusan mengecek gula darah secara terus-menerus dan menyuntikkan insulin. ”Kehebatannya, kedua alat itu nantinya dapat ’berkomunikasi’ secara otomatis. Kedua alat itu sudah tersedia selama ini, tetapi bekerja secara independen,” ujar Alan Lewis Chief selaku Presiden JDRF.

Pihak JDRF menjadi partner yang akan menyumbangkan ilmu dan kepakaran. Yayasan itu menganggarkan 8 juta dollar AS untuk proyek selama tiga tahun.

Peranti pengatur
Selama ini kesulitan utama, yaitu membangun peranti lunak untuk mengatur kedua alat itu sehingga menjadi satu kesatuan secara otomatis.

Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang membuat tubuh melakukan kesalahan menghancurkan sel di pankreas selaku penghasil insulin. Akibatnya, tubuh tidak mampu memecah dan menggunakan gula.

Jika tidak diatasi, pembuluh darah dan saraf perlahan rusak dan terjadi kegagalan organ yang mengantarkan pengidapnya pada kematian.

Diabetes tipe 1 kebanyakan terdapat pada anak-anak. Kehadiran alat itu akan meringankan beban para pengidap dan keluarganya.

Selama ini, setiap malam para orangtua harus mengecek gula darah anak-anak mereka agar tidak terbangun dengan gula darah sangat rendah. Kualitas hidup orangtua dan keluarga pun ikut terganggu. (Reuters/INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com