Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Alergi Datang

Kompas.com - 19/02/2010, 08:47 WIB

KOMPAS.com - Pada tahun 2000, Resource Limited (marketing research) melakukan penelitian di Inggris bagian selatan. Hasilnya, sekitar 70 persen penderita alergi baru mengetahui kalau dirinya alergi setelah lebih dari 7 tahun mengalami gejalanya.

Saat terpapar alergen, tubuh memproduksi immunoglobulin E (IgE) yang berfungsi untuk menghancurkan zat yang dianggap berbahaya bagi tubuh. Kemudian IgE melekat di mast cell (jaringan sel yang memproduksi histamin ketika alergen masuk). Interaksi antara IgE dengan mast cell bermanifestasi dalam bentuk reaksi alergi yang biasa kita lihat (kulit gatal-gatal, mual atau bengkak di bagian tubuh tertentu). Tidak mustahil, kita sama seperti masyarakat Inggris Selatan. Terheran-heran mengapa tiba-tiba setiap pagi selalu bersin. Padahal sebelumnya tidak pernah.

Penelitian yang didanai oleh perusahaan farmasi Jerman, Altana Pharma, menyebutkan alergi yang dianggap baru timbul saat dewasa ternyata karena kita tidak menyadarinya. Atau karena ada perubahan hormon dan gaya hidup. Dr Danche Theno, SpP, spesialis alergi dari RS Pantai Indah Kapuk, menegaskan penelitian ini.

"Alergi bisa terjadi pada siapa saja. Tingkat risiko alergi seseorang ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan daya tahan tubuh. Kalau daya tahan tubuh rendah, alergi mudah muncul," katanya.

Ada beberapa kenis alergi yang umum dikeluhkan oleh orang dewasa, yaitu alergi udara dingin, alergi parfum, alergi nikel (banyak diderita wanita, contohnya ketika memakai aksesori berbahan nikel), alergi tumbuhan, alergi alkohol, dan alergi telur.

Alergi telur, misalnya, menurut penelitian Mayo Foundation for Medical Education and Research umum terjadi pada anak-anak. Namun, ada juga orang dewasa yang alergi telur. Baik yang dimakan atau yang terpapar di kulit.

Menurut American Academy of Allergy, Asthma and Immunology, zat penyebab alergi dalam telur adalah protein ovomukoid, ovalbumin, ovontransferin, dan lisozim. Zat-zat ini lebih banyak terdapat dalam putih telur. Protein-protein ini merangsang reaksi sistem kekebalan tubuh secara berlebihan. Akibatnya, tubuh kita menghasilkan antibodi untuk melawan protein telur yang sebenarnya tidak berbahaya.

Gejala alergi akan muncul beberapa menit atau beberapa jam setelah telur dikonsumsi atau terpapar di kulit. Biasanya berupa kulit yang terasa gatal dan menjadi merah, atau pembengkakan di beberapa bagian tubuh, seperti bibir atau mata. Ada juga orang yang jadi sulit bernafas akibat mengonsumsi telur.

Untuk mencegah gejala alergi muncul, perhatikan dengan seksama makanan yang dikonsumsi agar tidak mengandung telur. Saat makan di restoran, jangan segan bertanya ke pelayan apakah menu yang dipesan mengandung telur atau tidak. Jika gejala yang timbul berat, misalnya sesak nafas akut, segera ke dokter untuk mendapatkan suntikan epinefrin yang mengaktifkan adrenalin. Hormon adrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras memompa darah sehingga persediaan oksigen meningkat. Tes alergi yang dianjurkan adalah tes darah dan skin test untuk mengetahui bahan apa di dalam telur yang menyebabkan reaksi alergi muncul.

(Lily Turangan/Prevention Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com