Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjiplakan, Ujung-ujungnya Memang demi Uang...

Kompas.com - 23/02/2010, 16:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Khusus di bidang pendidikan tinggi, jika penjiplakan dilakukan oleh dosen atau bahkan guru besar, maka motivasi si penjiplak tak lebih hanya menjadikan dosen atau guru besar sebagai sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang, bukan profesi.

Ujung-ujungnya, semua kasus penjiplakan yang terjadi belakangan ini memang hanya menjurus pada jabatan dan uang. Demikian dikatakan Rektor Universitas Bina Nusantara Prof Dr Ir Harjanto Prabowo kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (23/2/2010), menanggapi kian maraknya aksi plagiarisme akademik di perguruan tinggi yang kini dilakukan bukan lagi oleh mahasiswa, melainkan justru dosen dan guru besar. 

"Urusannya perut. Semua dilakukan demi uang yang dinilai berdasarkan jenjang akademis, mulai dari dosen hingga muara kariernya sebagai guru besar," ujar rektor yang akrab disapa Prof Har ini.

Selama ini, lanjut dia, salah satu yang selalu menjadi hambatan bagi dosen untuk "naik pangkat" adalah penelitian. Selain sifatnya berbentuk laporan, penelitian harus bisa dibuktikan dengan makalah dan paper.

Sebaliknya, selama seorang dosen atau guru menganggap penelitian hanya sebagai cara naik jenjang dan meningkatkan pendapatannya dari tunjangan, penelitian bukanlah sesuatu yang penting dan dipentingkan sehingga peluang melakukan penjiplakan pun semakin tinggi.

"Satu sebab lainnya, yang pada akhirnya membuat perguruan tinggi menutupi kasus-kasus penjiplakan yang dilakukan oleh civitas akademikanya, adalah karena mereka sendiri mungkin tidak punya dana untuk riset. Dosen atau guru besar harus repot cari dana ke sana ke sini, tetapi itu bukan alasan untuk boleh menjiplak," ujar lelaki kelahiran Pekalongan, 17 Maret 1964, ini.

Namun, Prof Har mengatakan, selain intinya adalah persoalan mental individu, budaya riset di kalangan akademik di Indonesia tergolong lemah. Menurutnya, bukan sekadar riset yang rumit-rumit, melainkan juga budaya menulis dan menghargai karya orang lain.

"Kalau ujungnya dihubungkan dengan uang, pikirannya akan pendek. Mereka tidak akan menyukai budaya menulis, menghargai sebuah karya cipta milik orang lain," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com