BOGOR, KOMPAS.com - Perguruan tinggi harus mengembangkan budaya riset yang tidak hanya mengutamakan hasil, tetapi juga menghargai proses, sehingga mahasiswa tidak terjebak menjiplak karya orang lain.
Demikian diungkapkan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto di Bogor, Rabu, (24/2/2010). Perilaku plagiat atau menjiplak karya orang lain, kata dia, merupakan akibat dari kurang diutamakannya proses.
"Ini karena budaya instan, hanya mementingkan hasil tetapi tidak mengutamakan proses," katanya.
Di IPB, lanjut Herry, proses sangat diutamakan. Sejak penerimaan mahasiswa, seleksi dilakukan berdasarkan nilai rapor siswa. "Budaya riset di IPB diharapkan bisa memposisikan kultur untuk mengakui sebuah proses," tegasnya.
Sebagai perguruan tinggi berbasis riset, lanjut dia, budaya riset tersebut sudah tumbuh, apalagi IPB sering memperoleh dana hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk penelitian.
"Mahasiswa juga diajak untuk terlibat dalam penelitian dosen," katanya.
Dia mengatakan, skripsi merupakan ujung dari sebuah penelitian. "Skripsi merupakan proses untuk mengembangkan logika dan sintesis dari proses," ujar Herry, yang mengatakan bahwa IPB mempunyai aturan yang jelas dalam urusan pidana plagiarisme tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.