Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelari Maraton, Awasi Jantungmu!

Kompas.com - 15/03/2010, 14:48 WIB

Kompas.com - Berolahraga lari santai seperti joging sangat baik bagi jantung dan pembuluh darah. Namun tidak demikian halnya dengan olahraga yang lebih berat, seperti maraton.

Menurut pakar dari Yunani, pembuluh darah para pelari maraton justru lebih berpotensi menjadi kaku sehinga aliran darah menjadi tidak lancar. Olahraga yang  berat diketahui memang buruk untuk jantung karena menyebabkan pengerasan arteri, meningkatkan tekanan darah, serangan jantung, bahkan kematian.

"Bila Anda tidak berolahraga, risiko terkena penyakit kardiovaskular akan tinggi, seperti halnya bila Anda berolahraga berlebihan," kata ketua peneliti Dr.Despina Kardara dari Athens Medical School. Ia menambahkan, sistem kardiovaskular itu ibarat mesin mobil sport. Bila tidak dipakai, lama-lama akan rusak. Tapi bila mobil itu terlalu "digeber", bisa-bisa mesinnya terbakar.

Dalam penelitian ini Kardara dan timnya mengamati kesehatan 49 pelari maraton pria dan 46 orang yang bukan atlet sebagai kelompok kontrol. Ternyata para pelari maraton secara signifikan memiliki tekanan darah sistolik (tekanan sebelah atas) lebih tinggi dibanding non atlet maraton.

Para peneliti menyimpulkan, olahraga berat meningkatkan risiko kekakukan pembuluh darah. "Arteri yang kaku akan menyebabkan tekanan darah tinggi dan bisa merusak fungsi jantung. Secara umum, kekakuan aorta adalah indikator dari penyakit kardiovaskular dan pengerasan arteri,"kata Kardara.

Ada banyak alasan terjadinya kekakuan arteri pada atlet maraton. Salah satunya adalah olahraga yang terlalu ekstrim akan menyebabkan stres yang berlebihan pada dinding arteri, sehingga menyebabkan arteri bekerja terlalu berat. Demikian menurut Dr.Charalombos Vlachopoulos, salah seorang peneliti.

"Para atlet olahraga daya tahan sebaiknya memerhatikan jumlah dan volume program latihan mereka. Sebaiknya mereka didampingi oleh dokter, terutama sebelum melakukan latihan yang intens seperti lari maraton," kata Kardara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com