Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Rehabilitasi ODHA Terancam

Kompas.com - 15/03/2010, 17:56 WIB

Bandung,Kompas - Ribuan pengidap HIV/AIDS atau ODHA dan pengguna jarum suntik di Jawa Barat terancam tidak mendapatkan pendampingan intensif. Kontrak bantuan program pendampingan di Indonesia tidak diperpanjang

"Ini kabar buruk bagi proses rehabilitasi. Di Jabar diperkirakan 4.000 pengidap HIV/AIDS dan penggguna jarum suntik terancam tidak mendapat pendampingan intensif," ujar Juru Bicara Rumah Cemara Bandung Dicky Sulaiman, Minggu (14/3).

Mulai 2010, Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) sebagai donatur utama tidak meneruskan bantuan program pendampingan Rp 33 miliar per tahun bagi 14 lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang rehabilitasi HIV/AIDS dan pengguna jarum suntik. LSM itu di antaranya Bahtera, Rumah Cemara, Srikandi Indonesia, dan Abiyoso.

Dicky mengatakan, pendampingan adalah elemen penting pengurangan dampak pengidap HIV/AIDS dan pengguna jarum suntik. Prosesnya seperti pendekatan awal kepada pengidap HIV/AIDS dan pengguna jarum suntik, konseling psikologi kesehatan, dan tata cara konsumsi obat yang teratur dan benar. Berhasil atau tidaknya pengurangan dampak negatif biasanya berawal dari proses ini.

Hingga Februari, Rumah Cemara mendampingi 1.558 orang tertular HIV/AIDS dan pengguna jarum suntik. Dana pendampingan yang diterima Rumah Cemara Rp 300 juta per tahun.

Dicky menganggap penghentian bantuan itu adalah langkah mundur penanggulangan HIV/AIDS. Tanpa pendampingan intensif, banyak hal negatif bisa muncul kemudian, di antaranya maraknya penularan HIV atau pengidap HIV/AIDS semakin putus asa. Lebih baik

"Kualitas hidup pengidap HIV/AIDS dan pengguna jarum suntik lebih baik setelah pendampingan. Mereka mau bersosialiasi, berhenti menggunakan obat terlarang, dan memulai kegiatan ekonomi," ujar Dicky. Karena itu, Rumah Cemara berinisiatif menggalang dana "For Life" pada 11 Juli di Rumah Cemara, Bandung. Artis lokal dan nasional, mahasiswa, dan atlet menggelar 20 acara musik, olahraga, dan ekshibisi seni. Dicky berharap, hal itu bisa menggugah kepedulian masyarakat dan pemerintah sekaligus menggalang dana bagi kelanjutan program pusat rehabilitasi di Jabar.

Koordinator Aksi Stop AIDS/Family Health Indonesia, rekanan USAID di Indonesia, Joko Siswanto mengatakan, penyebab penghentian dana adalah habisnya kontrak pendampingan. Ia tidak bisa berbuat banyak karena USAID menganggap perlu inovasi baru penanganan HIV/AIDS di Indonesia.

"Program pendampingan ini merupakan salah satu yang terlama di Indonesia. Pemberian dana ini dilakukan sejak 2001," kata Joko. USAID sebenarnya tidak akan menghentikan program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Program baru akan diluncurkan pertengahan 2010, yakni SUM (Scaling Up for Most at Risk) untuk pendampingan lebih khusus pengidap HIV/AIDS. Namun, dana diperkirakan tak sebesar program pendampingan, dan hanya lima provinsi yang menerima dana itu.

Perwakilan Perkumpulan Keluarga Bencana Indonesia Jabar Dian berharap Komisi Penanggulangan AIDS Jabar bisa memfasilitasi lembaga rehabilitasi yang kesulitan dana. Hal ini bisa dilakukan bersama dengan pemerintah atau kemudahan akses mendapatkan donatur baru. (CHE)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com