Penelitian lain yang dilakukan oleh Nugraha G.I. untuk tesis magister sains dari Universitas Indonesia tahun 2004 terhadap pengrajin kelapa dan keluarganya di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, membuktikan hal yang sama. Kelompok masyarakat ini mengonsumsi minyak kelapa dan produk kelapa lain sebagai sumber lemak utama.
Namun, mereka umumnya memiliki fisik yang sehat dengan indeks massa tubuh 22,4 kg/m2, kadar kolesterol total 185,4 mg%, kolesterol LDL 119,3 mg%, kolesterol HDL 54,7 mg%, dan rasio LDL/HDL 2,2.
Rantai Pendek
Bagaimanakah mekanismenya sehingga minyak kelapa begitu mengagumkan? DR. Ir. Winarno D., MSi, menyebutkan bahwa minyak kelapa mengandung asam lemak rantai pendek sampai rantai medium sekitar 57 persen yang berupa asam kaprat (C8) dan 50 persen berupa asam laurat (C12).
Jadi, sebenarnya ada beberapa gugus asam lemak dalam minyak dan lemak. Umumnya asam lemak dikelompokkan dalam asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid-SCFA), asam lemak rantai medium (medium chain fatty acid-MCFA), dan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acid-LCFA). Rantai pendek dan medium dalam hal ini memiliki sifat yang sama. Kedua jenis inilah yang terkandung dalam minyak kelapa murni.
Masih ada lagi jenis asam lemak yang terbentuk dari gabungan tiga asam lemak hingga membentuk trigliserida. Karena itu ada short chain triglycerides (SCT), medium chain triglycerides (MCT) atau long chain triglycerides (LCT). Dalam hal ini minyak kelapa murni organik ekstra termasuk dalam golongan MCT.
Minyak MCT pertama kali diisolasi oleh Dr. Vigen K. Babayan di awal tahun 1950. Dia adalah direktur pada Laboratorium Research of the Nutrition/Metabolism di Harvard Medical School.
Sejak tahun 1966, setidaknya dari data yang tercatat dalam perpustakan nasional di AS, telah ada 534 ulasan ilmiah mengenai minyak MCT. Di tahun 1968 subjek dengan judul Medium Chain Triglysecerides diterbitkan oleh University of Pennsylvania.
Laporan ilmiah ini berulangkali menunjukkan bahwa minyak golongan MCT tidak meningkatkan kolesterol tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol jahat “LDL” dalam darah justru diturunkan gara-gara asupan minyak MCT. Penelitian lain justru menekankan pada sifat antibakteri pada minyak MCT dan juga kemampuannya mengurangi insiden tumor payudara.
Sebagai perbandingan, minyak kelapa murni biasa hanya mengandung asam lemak jenuh sedang atau MCFA 64 persen, sedangkan minyak MCT tersusun dari 100 persen MCFA. Bila minyak organik ekstra VCO mengandung MCT memiliki perbandingan rantai karbon C8:C10:C12:C14 dengan kadar C12 rendah, minyak kelapa murni biasa memiliki perbandingan C8:C10:C12:C14 dengan kadar C12 tinggi.
Artinya, rantai VCO biasa masih lebih panjang dibanding minyak MCT. Ini karena MCT merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari VCO.
Molekul minyak MCT sangat kecil, sehingga mudah dicerna oleh usus, mudah larut dalam cairan tubuh karena berbentuk ester, bahkan langsung terurai dengan cepat oleh air liur dalam rongga mulut, tidak memerlukan lipase pankreas untuk bisa dipecah lagi menjadi molekul yang lebih kecil, tidak menyebabkan penggumpalan arah, serta dapat langsung ditransfer dalam lever dan diubah menjadi energi.
Karena kelebihannya inilah, minyak MCT kerap digunakan di rumah sakit untuk menambah gizi pasien yang terbakar atau pasien sakit parah serta bayi prematur. Minyak MCT juga sering digunakan untuk bahan pokok makanan bayi dan minuman olahraga. @Abdi Susanto
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.