Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Kenapa Obat Indonesia Kalah Murah dengan India dan China?

Kompas.com - 06/04/2010, 13:11 WIB
Editoracandra

JAKARTA, KOMPAS.com — Saat ini, 80 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia diimpor dari India dan China. Anehnya, walaupun harga bahan baku impor ini murah, setelah diproduksi menjadi obat-obatan "generik bermerek" oleh industri farmasi di Indonesia harganya menjadi berkali-kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga obat-obat yang sama di India dan China.

Ini tak lain karena industri farmasi di Indonesia masih terjangkit "penyakit" mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, yang telah berlangsung sejak era Orde Baru.

"Industri farmasi di Indonesia masih tetap terjangkit 'penyakit' rent seeking," demikian diungkapkan Prof Dr Hasbullah Thabrany, MPH, Dr PH dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) saat ditemui dalam diskusi IDI di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (6/4/2010).

Di samping itu, menurut Prof Hasbullah, mahalnya harga obat generik bermerek di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti India dan China, disebabkan tidak adanya pengaturan harga jual obat generik bermerek yang jelas dari pemerintah.

Alhasil, harga obat tersebut jadi tidak terkendali. Sementara itu, di sisi lain, obat generik yang harganya terjangkau sangat sedikit ditemukan di sarana pelayanan kesehatan swasta di Indonesia, baik di rumah sakit maupun apotek.

Sarana pelayanan kesehatan yang ada cenderung hanya menyediakan obat generik bermerek dan obat paten dengan harga yang tentunya lebih mahal. "Tidak heran makanya kalau saat ini banyak juga masyarakat Indonesia yang membeli obat langsung ke India atau ke China karena lebih murah dari yang ada di Indonesia, tapi kualitasnya juga bagus," tandas Prof Hasbullah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+